Sunday, January 28, 2018

makalah kewajiban Suami Istri dan Perceraian

posting  : Junetfhoto.blogspot.com
channel youtube : bang junetfhoto



MAKALAH
images (1).jpgKEWAJIBAN SUAMI ISTRI DAN PERCERAIAN







DI SUSUN OLEH :



RISKA. A
NIS :  0368
KELAS  : XII IPS satu




SMA NEGERI 14 SINJAI TP.2017/2018
Kata pengantar

Dengan nama Allah yang maha pengasih dan Maha penyayang, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan karunia-Nya, dan semua yang telah dianugrahkan-Nya  kepada penulis. Salawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada pembawa risalah Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, rasul yang berjasa besar kepada kita semua dalam membuka gerbang ilmu pengetahuan .Berkat  limpahan  dan rahmat-Nya penyusun  mampu  menyelesaikan  tugas  makalah ini guna memenuhi tugas  mata kuliah Agama Islam dengan judul “Hak dan kewajiban suami istri”  .
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang hubungan terkaitan tentang kerja sama dan hak-hak dalam berkeluarga, khususnya menjalin hubungan dan hak-hak kewajiban dalam suatu rumah tangga yang akan kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
            Untuk itu demi kesempurnaan makalah ini dalam penyajiannya kami mohon bimbingan dan pengarahan dari para pembaca, dan teman-teman sekalian. Demikian, semoga makalah ini dapat bermafaat.

Sinjai Barat, 22 Oktober 2017
                                                                                    Wassalam

                                                                                    RISKA. A

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................................  i
KATA PENGANTAR................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................... 1
A.    LATAR BELAKANG..................................................................................................... 1
B.     RUMUSAN MASALAH................................................................................................ 1
C.     TUJUAN.......................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................ 2
I.                   HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI…………………………………..............2
A.    PENGERTIAN HAK DAN KEWAJIBAN……………………………………….2
B.     MACAM-MACAM HAK SUAMI DAN ISTERI………………………………..2

II.                PERCERAIAN DAN JENIS-JENISNYA………………………………………..…..6
1.      CERAI TALAQ…………………………………………………………….…..…6
2.      CERAI TA’LIQ……………………………………………………………..…….7
3.      CERAI KHULU………………………………………………………..…………7
4.      CERAI FASAKH……………………………………………………….….……..8
5.      CERAI LI’AN………………………………………………………………...…..9
BAB III PENUTUP............................................................................................................. …..10
A.    KESIMPULAN...................................................................................................... 10
B.     SARAN………………………………………………………………..................10
DAFTARPUSTAKA……………………………………………………………………...……...11




BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Islam memandang hubungan antara suami dan istri bukan hanya sekedar kebutuhan semata, tetapi lebih dari itu Islam telah telah mengatur dengan jelas bagaimana sebuah hubungan agar harmonis dan tetap berlandaskan pada tujuan hubungan tersebut, yakni hubungan yang dibangun atas dasar cinta kepada Allah Swt.
Oleh karena itu untuk mewujudkan keluarga yang diliputi oleh ketenangan, diselimuti cinta kasih dan jalinan yang diberkahi, Islam telah mengajarkan kepada Sang Nabi bagaimana jalinan antara suami dan istri ini bias sejalan, dapat seia dan sekata.
Maka, melalui makalah ini insyaAllah penulis akan mengupas beberapa yang berkaitan tentang hak dan kewajiban antara seorang suami dengan istri. Hak yang didasarkan pada kesadaran bukan sekedar kebutuhan, dan kewajiban yang didasari pada kasih sayang dan bukan hanya menjalankan tugas belaka.

B.     RUMUSAN MASALAH
a)      Apa pengertian hak dan kewajiban serta apa yang menimbulkan     terjadinya hak dan kewajiban ?
b)      Apa sajakah hak dan kewajiban suami terhadap istri?
c)      Apa sajakah hak dan kewajiban istri kepada suami?
d)     Apa sajakah hak dan kewajiban bersama antara suami dan istri?
e)    pengertian perceraian
f)      Jenis-jenis Perceraian

C.    TUJUAN
a)      Untuk mengetahui pengertian dan penyebab timbulnya hak dan  kewajiban
b)      Untuk mengetahui hak dan kewajiban suami kepada istri, istri kepada suami serta kewajiban bersama antara suami dan istri.
c)      untuk mengetahui pengertian perceraian
d)    untuk mengetahui  jenis – jenis perceraian
BAB II
PEMBAHASAN

I.              HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI

A.    PENGERTIAN HAK DAN KEWAJIBAN
Hak adalah kekuasaan seseorang untuk melakukan sesuatu sedangkan kewajiban sesuatu yang harus di kerjakan.
Berbicara tentang kewajiban suami dan hak suami istri alangkah baiknya kita mengetahui apakah sebenarnya kewajiban dan hak itu. Drs.H.Sidi Nazar Bakry dalam buku karanganya yaitu “kunci keutuhan rumah tangga yang Sakinah” mendefenisikan bahwa kewajiban dengan sesuatu harus dipenuhi dan dilaksanakan dengan baik. Sedangkan hak adalah sesuatu yang harus diterima.
Dari defenisi di atas dapat kita simpulkan bahwa kewajiban suami istri adalah sesuatu yang harus suami laksanakan dan penuhi untuk istrinya. Sedangkan kewajiban istri adalah sesuatu yang harus istri laksanakan dan lakukan untuk suaminya. Begitu juga dengan pengertian hak suami adalah sesuatu yang harus diterima suami dari istrinya. Sedangkan hak isteri adalah sesuatu yang harus di terima isteri dari suaminya. Dengan demikian kewajiban yang dilakukan oleh suami merupakan upaya untuk memenuhi hak isteri. Demikain juga kewajiban yang dilakukan istri merupakan upaya untuk memenuhi hak suami, sebagaimana yang di jelaskan Rasulullah SAW :
اﻻ إن ﻟﮝﻢ ﻋﻠﻰ ﻧﺴﺎﺋﮝﻢ ﺣﻗﺎ ﻮﻟﻨﺴﺎﺋﮝﻢﻋﻠﻴﮑﻢ ﺣﻗﺎ
Artinya : “ketahuilah, sesungguhnya kalian mempunyai hak yang harus (wajib) ditunaikan  oleh isteri kalian dan kalianpun memiliki hak yang harus (wajib) kalian tunaikan”  (HR; Shahil ibnu Majh no.1501, Tirmidzi II 315 no.1173 den Ibnu Majah I 594 no.1815).

B.     MACAM- MACAM HAK SUAMI DAN ISTERI
Hak-hak  dalam perkawinan itu dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: hak bersama, hak isteri yang menjadi kewajiban suaminya dan hak suami yang menjadi kewajiban isteri.

1.      Hak bersama-sama
Hak bersama-sama antara suami dan isteri adalah sebagai berikut:
a.       Halal bergaul antara suami isteri dan masing masing dapat bersenang-senang antara satu sama lain.
b.      Terjadi mahram semenda : isteri menjadi mahram ayah suami, kakeknya, dan seterunya ke atas, demikian pula suami menjadi mahram ibu isteri, neneknya, dan seterusnya ke atas.
c.       Terjadi hubungan waris-mewaris antara suami dan isteri sejak akad nikah di laksanakan. Isteri berhak menerima waris atas peninggalan suami. Demikian pula, suami berhak waris atas peninggalan isteri, meskipun mereka belum pernah melakukan pergaulan suami isteri.
d.      Anak yang lahir dari isteri bernasab pada suaminya (apabila pembuahan terjadi sebagai hasil hubungan setelah menikah).
e.       Bergaul dengan baik antara suamidan isteri sehingga tercipta kehidupan yang harmonis dan damai. Hal ini telah di jelaskan dalam Al-quran surah An.nisa ayat 19 yang memerintahkan:
... وَعَاشِرُ هُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ ... (النسا )
                                     “……… dan gaulilah isteri-isterimu itu dengan baik”
Mengenai hak dan kewajiban bersama suami isteri, Undang-Undang Perkawinan menyabutkan dalam Pasal 33 sebagai berikut, “Suami isteri wajib cinta-mencintai, hormat-menghormati, setia dan memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain”

2.      Hak-hak isteri
Hak- hak isteri yang menjadi kewajiban suami dapat di bagi menjadi dua, yatu: hak- hak kebendaan, yaitu mahar (maskawin) serta nafkah, dan hak-hak bukan bendaan, misalnya berbuat adil di antara para isteri (dalam perkawanan poligami), tidak berbuat hal-hal yang merugikan isteri dan sebagianya.
a.      hak-hak kebendaan
a)      Mahar (maskawin)
QS. An-Nisa ayat 24 memerintahkan, “dan berikanlah maskawin kepada perempuan-perempuan (yang kamu nikahi ) sebagai pemberian wajib. Apabila mereka dengan senang hati memberikan berbagia maskawin kepadamu. Ambillah dia sebagai makanan sedap lagi baik akibatnya.
Dari ayat Al-Qur’an tersebut dapat di peroreh suatu pengertian bahwa maskawin itu adalah harta pemberian wajib dari suami terhadap istri, dan merupakan hak penuh bagi isteri yang tidak boleh diganggu oleh suami, suami hanya di benarkan ikut makan maskawin apabila diberikan oleh isteri dengan sukarela.
b)      Nafkah
Nafkah adalah mencukupkan segala keperluan isteri, meliputi makan, pakaian, tempat tinggal, pembantu rumah tangga, dan pengobatan, meskipun isteri tergolong kaya.
QS. Ath-Thalaq ayat 6 menyatakan “tempatkanlah isteri-isteri dimana kamu tinggal menurut kemampuanmu; jangalah kamu menyusahkan isteri-isteri untuk menyempitkan hati mereka. Apabila isteri-isteri yang kamu talak itu dalam keadaan hamil, berikanlah nafkah kepada mereka hingga bersalin….”
Dari ayat di atas dapat di simpulkan pula bahwa nafkah merupakan kewajiban suami dalam membahagiakan isterinya baik lahir maupun batin dengan cara mencukupkan kebutuhan yang dapat memcukupkan segala kekurangannya dengan maksud meringankan beban padanya.

b.      Hak-hak bukan kebendaan
Hak- hak bukan kebendaan yang wajib ditunaikan suami terhadap isterinya, disimpulkan dalam perintah QS. An-Nisa ayat 19 agar para suami menggaui isterinya dengan makruf dan bersabar terhadap hal-ahal yang tidak disayangi, yang terdapat pada isteri. Menggauli isteri dengan makruf dapat mencakup:
a)      Sikap menghargai, menghormati, dan perlakuan-perlakuan yang baik, serta meningkatkan taraf hidupnaya dalam bidang-bidang agama, akhlak, dan ilmu pengetahuan yang di perlukan.
b)      Melindungi dan menjaga nama baik isteri
suami berkewajiban melindungi isteri serta menjaga nama baiknya. Hal ini tidak berarti bahwa suami tidak harus menutup-nutupi kesalahan yang memang terdapat pada isteri. Namun, adalah sebuah kewajiban suami agar tidak membeberkan kesalahan-kesalahan isteri kepada orang lain.
c)      Memenuhi kebutuhan kodrat (hajat) biologis isteri
Hajat biologis adalah kodrat pembawaan hidup. Oleh karena itu, suami wajib memperhatikan hak isteri dalam hal ini. Ketentraman dan keserasian hidup perkawinan antara lain ditentukan oleh faktor hajat biologis ini. Kekecewaan yang dialami dalam masalah ini dapat menimbulkan keretakan dalam hidup perkawinan, bahkan tidak jarang terjadi penyelewengan isteri disebabkan adanya perasaan kecewa dalam hal ini.

3.      Hak-hak suami
      Hak-hak suami yang wajib dipenuhi isteri hanya merupakan hak-hak bukan kebendaan sebab menurut hukum Islam isteri tidak dibebani kewajiban kebendaan yang diperlukan untuk mencukupkan kebutuhan hidup keluarga. Bahkan, lebih diutamakan isteri tidak usah ikut bekerja mencari nafkah jika suami memang mampu memenuhi kewajiban nafkah keluarga dengan baik. Hal ini dimaksudkan agar isteri dapat mencurahkan perhatiannya untuk melaksanakan kewajiban membina keluarga yang sehat dan mempersiapkan generasi yang saleh. Kewajiban ini cukup berat bagi isteri yang memang benar-benar akan melaksanakan dengan baik. Namun, tidak dapat dipahamkan bahwa Islam dengan demikian menghendaki agar isteri tidak pernah melihat dunia luar, agar isteri selalu berada di rumah saja. Yang dimaksud ialah agar isteri jangan sampai ditambah beban kewajibannya yang telah berat itu dengan ikut mencari nafkah keluarga. Berbeda halnya apabila keadaan memang mendesak, usaha suami tidak dapat menghasilkan kecukupan nafkah keluarga. Dalam batas-batas yang tidak memberatkan, isteri dapat diajak ikut berusaha mencari nafkah yang diperlukan itu.
Hak-hak suami dapat disebutkan pada pokoknya ialah hak ditaati mengenai hal-hal yang menyangkut hidup perkawinan dan hak memberi pelajaran kepada isteri dengan cara yang baik dan layak dengan kedudukan suami isteri.
1)      Hak di taati
Q.S. An-Nisa : 34 mengajarkan bahwa kaum laki-laki (suami) berkewajiban memimpin kaum perempuan  (isteri) karena laki-laki mempunyai kelebihan atas kaum perempuan (dari segi kodrat kejadiannya), dan adanya kewajiban laki-laki memberi nafkah untuk keperluan keluarganya.
Isteri-isteri yang saleh adalah yang patuh kepada Allah dan kepada suami-suami mereka serta memelihara harta benda dan hak-hak suami,meskipun suami-suami mereka dalam keadaan tidak hadir, sebagai hasil pemeliharaan Allah serta taufik-Nya kepada isteri-isteri itu. Hakim meriwayatkan dari ‘Aisyah r.a. :

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : سَألْتُ رسول الله صلّى الله عليه وسلّم : اَىُّ النَّاسِ أَعْظَمُ حَقَّا عَلَى الْمَرْأَةِ ؟ قَالَ : زَوْجُهَا. قَالَتْ : فَأَ ىُّ النَّاسِ اَعْظَمُ حَقَّا عَلىَ الرَّ جُلِ ؟ قَالَ : اُمُّهُ (رواه الحا كم)
Artinya:“Dari Aisyah, ia berkata : Saya bertanya kepada Rasulullah SAW : Siapakah orang yang paling besar haknya terhadap perempuan? Jawabnya : Suaminya. Lalu saya bertanya lagi: Siapakah orang yang paling besar haknya terhadap laki-laki? Jawabannya: Ibunya.”
Dari bagian pertama ayat 34 Q.S. : An-Nisa tersebut dapat diperoleh ketentuan bahwa kewajiban suami memimpin isteri itu tidak akan terselenggara dengan baik apabila isteri tidak taat kepada pimpinan suami. Isi dari pengertian taat adalah :
1.      Isteri supaya bertempat tinggal bersama suami di rumah yang telah disediakan
2.      Taat kepada perintah-perintah suami, kecuali apabila melanggar larangannya
3.        Berdiam di rumah, tidak keluar kecuali dengan izin suami
4.      Tidak menerima masuknya seseorang tanpa izin suami

2)      Hak memberi pelajaran
Bagian kedua dari ayat 34 Q.S. An-Nisa mengajarkan, apabila terjadi kekhwatiran suami bahwa isterinya bersikap membangkang (nusyus), hendaklah nasihat secara baik-baik. Apabila dengan nasihat, pihak isteri belum juga mau taat, hendaklah suami berpisah tidur dengan isteri. Apabila masih belum juga kembali taat, suami dibenarkan member pelajaran dengan jalan memukul (yang tidak melukai dan tidak pada bagian muka).

          II . PERCERAIAN DAN JENIS-JENISNYA
Perceraian ialah perihal (kejadian) bercerai (antara suami isteri). Perceraian bermaksud menamatkan hubungan perkahwinan sama ada dengan pilihan suami atau dengan keputusan qadi. Perceraian dari segi bahasa bermaksud berpisah. Dari segi istilah pula bermaksud keruntuhan hubungan perkahwinan dan terputusnya hubungan suami isteri dengan bersebab.
1. Cerai Talaq
Perceraian secara talaq berlaku apabila kedua-dua pihak suami dan isteri bersetuju untuk bercerai secara baik, atau suami membuat keputusan untuk menceraikan isteri dengan lafaz talaq.
Talaq terbagi kepada dua yakni:

i) Talak sharih (langsung)
Talak sharih adalah ucapan talak secara jelas dan eksplisit yang apabila diucapkan kepada isteri, maka jatuhlah talak/perceraian walaupun suami tidak berniat untuk cerai. Seperti contoh apabila suami berkata, "Aku ceraikan kau." atau "Kamu diceraikan." kepada isteri.

ii) Talak kinayah (tidak langsung, implisit)
Talak kinayah adalah lafaz yang mengandungi makna perceraian yang tersirat tetapi tidak secara langsung. Contohnya ayat, "Pulanglah pada orang tuamu!" yang dilafaz oleh suami.
Juga termasuk dalam talak kinayah adalah talak sharih (langsung) yang dibuat secara tertulis atau melalui SMS.

2. Cerai Ta'liq
Ta'liq didefinisikan mengikut Undang-undang Keluarga Islam sebagai lafaz perjanjian yang dibuat oleh suami selepas akad nikah. Perceraian secara ta'liq berlaku apabila suami melanggar ta'liq yang dibuat olehnya semasa upacara akad nikah.
Amalan ta'liq ini walaupun tidak wajib mengikut hukum Syara', tetapi ia boleh diterima pakai berdasarkan kepada persetujuan kedua-dua pihak. Lafaz ta'liq yang dibuat oleh suami semasa upacara akad nikah ini berbeza mengikut negeri.
Contoh lafaz ta'liq selepas akad nikah:
“Saya mengaku apabila saya tinggalkan isteri saya (nama isteri) selama empat bulan hijrah berturut-turut atau lebih dengan sengaja atau paksaan, dan saya atau wakil saya tiada memberi nafkah kepadanya selama tempoh yang tersebut pada hal ia taatkan saya atau saya melakukan sebarang mudarat kepada tubuh badannya, kemudian ia mengadu kepada mahkamah syariah, dan apabila sabit aduannya di sisi mahkamah syariah, dan ia memberi kepada Mahkamah Syariah, yang menerima bagi pihak saya satu ringgit maka pada ketika itu tertalak ia dengan cara talak khulu'.”
3. Cerai Khulu'
Perceraian secara khulu' merupakan salah satu alternatif perceraian yang boleh berlaku dengan penawaran oleh pihak isteri untuk bercerai dengan suaminya dengan menawarkan sejumlah wang atau harta sebagai pampasan.

Perceraian berlaku dengan lafaz talaq oleh suami apabila dia bersetuju dengan pampasan tersebut. Perceraian jenis ini juga termasuk dalam kategori talaq ba’in sughra. Oleh itu, ia tidak boleh dirujuk.
Apa itu talaq ba'in sughra?
Hukum yang ditimbulkan oleh khulu’ adalah talaq ba'in sughra yang memberi maksud, hilangnya hak rujuk pada suami selama masa ‘iddah.
Bererti, sekiranya lelaki tersebut ingin kembali bersama bekas isterinya, dia diwajibkan untuk melamar dan menikah semula dengan bekas isterinya itu.
Sementara itu, wanita yang meminta khulu' itu wajib menunggu sampai masa ‘iddahnya berakhir sekiranya ingin menikahi lelaki lain.

4. Cerai Fasakh
Fasakh merupakan pembubaran perkahwinan melalui kuasa yang diberikan kepada Hakim (judicial decree). Walaupun hak untuk memohon fasakh terpakai kepada kedua-dua suami dan isteri, namun secara amalannya hak fasakh diberikan kepada isteri memandangkan suami mempunyai hak untuk melafazkan talaq.
Perceraian secara fasakh boleh berlaku apabila hakim memutuskan untuk memfasakhkan perkahwinan tersebut dengan alasan yang boleh memudaratkan pihak-pihak dalam perkahwinan tersebut dan ia tidak dapat diselamatkan lagi.
Contohnya apabila:
i) Suami tidak memberi nafkah zahir dan batin selama empat bulan berturut-turut
ii) Suami meninggalkan isteri selama empat bulan berturut-turut tanpa sebraang khabar berita
iii) Suami tidak melunaskan mahar (mas kahwin) yang telah disebutkan dalam akad nikah, baik sebahagian ataupun seluruhnya
iv) Terdapat perlakuan buruk oleh suami seperti penganiayaan, penghinaan, dan tindakan-tindakan lain yang membahayakan keselamatan isteri
Jika bukti-bukti dari pihak isteri telah sah, maka Hakim berhak memutuskan hubungan perkahwinan antara keduanya.



5. Cerai Li'an
Perceraian secara li'an berlaku apabila suami menafikan anak yang dilahirkan oleh isterinya atau anak di dalam kandungan isterinya sebagai anaknya, atau menuduh isterinya berzina dengan lelaki lain tetapi tidak dapat membuktikan melalui penyaksian empat orang saksi.
Sumpah li’an dilakukan oleh suami dengan menyatakan atas nama Allah, dia bersumpah bahawa isterinya telah melakukan zina. Sumpah itu dinyatakan sebanyak 4 kali oleh suami, dan pada sumpah kelima, suami menyatakan dia siap menerima laknat Allah jika dia berbohong.
Demikian juga sebaliknya, isteri dapat melakukan sumpah balik (sumpah nukul), atas nama Allah, dia bersumpah bahawa dia tidak melakukan zina. Sumpah itu dinyatakan isteri sebanyak 4 kali dan pada sumpah kelima, isteri menyatakan dia siap menerima laknat Allah jika tuduhan suaminya itu benar.
Maka apabila pihak-pihak tersebut (suami dan isteri) telah mengangkat sumpah dengan cara li'an, mengikut hukum Syara' di hadapan Hakim Syar'ie, maka mereka akan difaraqkan.
Kesannya, kedua-dua pihak tidak boleh rujuk kembali atau berkahwin semula














BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
kewajiban suami istri adalah sesuatu yang harus suami laksanakan dan penuhi untuk istrinya. Sedangkan kewajiban istri adalah sesuatu yang harus istri laksanakan dan lakukan untuk suaminya. Begitu juga dengan pengertian hak suami adalah sesuatu yang harus diterima suami dari istrinya. Sedangkan hak isteri adalah sesuatu yang harus di terima isteri dari suaminya. Dengan demikian kewajiban yang dilakukan oleh suami merupakan upaya untuk memenuhi hak isteri.
Hak-hak  dalam perkawinan itu dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: hak bersama, hak isteri yang menjadi kewajiban suaminya dan hak suami yang menjadi kewajiban isteri.

B.     SARAN
Demikian makalah ini yang dapat kami sajikan, kami berharap makalah ini dapat berkembang dengan berjalannya diskusi yang akan dijalankan oleh teman-teman. Kurang lebihnya kami mohon maaf, untuk itu kepada para pembaca mohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya makalah ini.













DAFTAR PUSTAKA

‘Audah, Abdul Qadir. Tanpa tahun. At-Tasyri’ Al-Jina’iy Al-Islamy. Beirut: Dar Al-Kitab Al-‘Araby.
Basyir, Ahmad Azhar, H., 2007. Hukum Perkawinan Islam. Cet. 11 Yogyakarta: UII Press.
Furqan, H. Arif, dkk. 2002. Islam Untuk Disiplin Ilmu Hukum. Jakarta: Departemen Agama RI, Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam.
Ghozali, Abdul Rahman, Prof., DR., M.A., 2008. Fiqih Munakahat. Cet. 3 Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Hanafi, Ahmad. 1990. Asas-Asas Hukum Pidana Islam Cet. 4. Jakarta: Bulan Bintang.
Kumpulan Hadits Riwayat Bukhary dan Muslim. 2002.





No comments:

Post a Comment

pengobatan lama menikah belum punya anak

doa membuka aura wajah supaya awet muda dan bercahaya

doa membuka aura wajah supaya awet muda dan bercahaya

BISNIS 2018