Posting junetfhoto, 11 januari 2019
MAKALAH
KERAJAAN SINGASARI
DI
SUSUN OLEH :
KELOMPOK
3
FAUZUL
JUMERIAH
KURNIATI
INDRIANI
HISKAWATI
SMA NEGERI 14 SINJAI
TP.2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga
kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya
yang berjudul “Kerajaan Singasari”
Makalah ini berisikan tentang informasi
Kerajaan Singasari atau yang lebih khususnya membahas Sejarah Kerajaan
Singasari.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari
awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Amin.
Sinjai,03
Oktober 2017
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL……………………………………………………….................……i
KATA
PENGANTAR………………………………………………………..............……ii
DAFTAR
ISI………………………………………………………………….............……iii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah……………………………………………….........……… 1
B.
Masalah atau Topik Bahasan…………………………………………..........…… 1
C.
Tujuan…………………………………………………………………………........... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Lahirnya Kerajaan Singhasari……………………………………………....……
3
B.
Ken Angrok………………………………………………………………………… 2
C.
Pengganti-pengganti Rajasa………………………………………………....…
4
D.
Runtuhnya Kerajaan Singasari…………………………………………….....…
6
E.
Kehidupan Masyarakat Kerajaan
Singhasari…………………………………. 6
BAB III PENUTUP
Kesimpulan…………………………………………………………………………..……. 8
Saran……………………………………………………………………………………….. 8
DAFTAR ……………………………………………………………………………......….
9
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada kira-kira tahun 150
Masehi pengaruh agama Hindu-Budha yang masuk dalam wilayah nusantara membawa
pengaruh besar di Indonesia, namun hanya terbatas pada kebudayaannya saja,
terutama dalam bidang agama dan kesenian. Demikian pengaruh kebudayaan Hindu
yang sangat besar mengakibatkan berita-berita tentang Indonesia, juga pernah
ditulis dalam bahasa Sanskerta. Pada umumnya para ahli cenderung kepada pendapat
yang menyatakan bahwa masuknya budaya Hindu ke Indonesia itu dibawa dan
disebarluaskan oleh orang-orang Indonesia sendiri. Bukti tertua pengaruh budaya
India di Indonesia adalah penemuan arca perunggu Buddha di daerah Sempaga
(Sulawesi Selatan). Dilihat dari bentuknya, arca ini mempunyai langgam yang
sama dengan arca yang dibuat di Amarawati (India). Arca Buddha tersebut
merupakan barang dagangan atau barang persembahan untuk bangunan suci agama
Buddha. Bersamaan dengan ini mulai muncullah kerajaan-kerajaan beraliran
hindu-budha di Indonesia. Setiap kerajaan mempunyai sejarah asal mula
berdirinya kerajaan tersebut sampai pada masa keruntuhannya. Salah satunya
Kerajaan Singhasari yang sangat terkenal dan menjadi salah satu kerajaan yang
besar di Nusantara.
B. Masalah atau Topik Bahasan
Mempelajari sejarah
Indonesia kuno juga sangat penting, mengetahui lahirnya kerajaan-kerajaan yang
pernah ada di Indonesia. Salah satunya adalah bagaimana asal mula, perkembangan
hingga keruntuhan kerajaan Singasari.
C. Tujuan
Membahas tentang seluk beluk Kerajaan
Singasari mulai awal mula
sampai pada masa keruntuhannya untuk
memberikan pengetahuan dan informasi
terhadap sejarah, membangkitkan hasrat
mempelajari dan memahami sejarah
kebangsaan serta mempelajarinya sebagai
bagian dari sejarah dunia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Lahirnya Kerajaan Singasari
Daerah Tumapel yang terletak
di sebelah timur Gunung Kawi, dipimpin oleh seorang akuwu (semacam bupati)
bernama Tunggul Ametung dan ia beristrikan Ken Dedes, putrid seorang Brahmana.
Masa pemerintahan Tunggul Ametung ini tidak diketahui dengan sangat pasti.
Namun kepemimpinannya sebagai seorang akuwu Tumapel berakhir setelah ia dibunuh
oleh Ken Angrok. Setelah Tunggul Ametung meninggal, kedudukannya digantikan oleh
Ken Angrok.
Kemunculan tokoh Ken Angrok
kemudian menandai munculnya juga satu wangsa baru yaitu wangsa Rajasa atau
wangsa Girindra. Lalu wangsa inilah yang berkuasa di kerajaan Singhasari dan
Majapahit.
B.
Ken Angrok
Ken Angrok bukan seorang bangsawan,
ia hanyalah seorang rakyat biasa yang ingin menjadi raja di Tumapel. Ken Angrok
dilahirkan di desa Pangkur, di sebelah timur Gunung Kawi. Ken Endok adalah
ibunya yang merupakan istri dari seorang petani bernama Gajah Para. Saat Ken
Endok akan mengantarkan bekal untuk suaminya yang sedang bekerja di sawah, ia
lalu bertemu oleh Dewa Brahma di Tegal Lalateng, lalu tak lama kemudian Ken
Andok mengandung. Lalu Dewa Brahma menyuruhnya agar tidak menemui suaminya lagi
dan berkata bahwa nanti anak yang dikandungnya akan menjadi raja di Pulau Jawa
nantinya yang bernama Ken Angrok.
Setelah dewasa ketika Ken Angrok mengabdi
pada akuwu Tumapel, ia mulai tertarik pada istri Tunggul Ametung yang bernama
Ken Dedes. Lalu suatu ketika ia membunuh (menyuruh bunuh) Tunggul Ametung
dengan sebilah keris buatan Mpu Gandring. Setelah meninggalnya sang akuwu,
Tunggul Ametung, Ken Angroklah yang menjadi penguasa Tumapel dan memperistri
Ken Dedes.
Hanya menguasai daerah Tumapel saja, belumlah
cukup untuk Ken Angrok. Ia berkeinginan menjatuhkan Kertajaya. Pada waktu
terjadilah pertikaian
antara Kertajaya dengan kaum Brahmana di
Kediri dan Ken Angrok berhasil mengalahkan Kertajaya di Kediri. Setelah itu
pusat pemerintahan dipindahkan ke
Tumapel. Ibukotanya mula-mula bernama
Kutaraja lalu pada sekitar tahun 1254 diganti dengan nama Singhasari. Ken
Angrok adalah raja Singhasari yang pertama. (Kerajaan Airlangga yang terpecah
menjadi dua, kini telah disatukan oleh Ken Angrok).
Berg (1951:5) menyimpulkan “Ken Angrok bukan
tokoh sejarah melainkan hanya sebuah tokoh mitos”.
C.
Pengganti-pengganti Rajasa
Ken Angrok lalu mati dibunuh
oleh Anusapati, putra Tunggul Ametung dan Ken Dedes dengan keris buatan Mpu
Gandring pada tahun 1227, keris yang pernah digunakan Ken Angrok untuk membunuh
Tunggul Ametung. Anusapati sadar bahwa dialah yang lebih layak duduk diatas
tahta Kerajaan Singhasari. Lalu ia memerintah sampai tahun 1248.
Dari Ken Angrok, Ken Umang juga mempunyai 4
orang anak yaitu Panji Tohjaya, Panji Sudhatu, Panji Wregola, dan Dewi Rambi,
dan yang diketahui pernah menjadi raja hanyalah Panji Tohjaya. Anusapati mati
karena dibunuh oleh Panji Tohjaya dan setelah kejadian itu Panji Tohjaya-lah
yang menjadi raja Tumapel yang baru. Belum lama berkuasa, masa pemerintahannya
dirobohkan oleh Ranggawuni yang merupakan putra Anusapati dengan Mahisa
Cempaka, putra Mahisa Wongateleng (cucu Rajasa dan Ken Dedes). Ranggawuni juga
bergelar Sri Jayawisnuwarddhana.
Tidak lama setelah Wisnuwarddhana meninggal,
menurut Kakawin Nagarakartagama Narasinghamurrti telah menurunkan Dyah Lembu
Tal, salah seorang perwira muda yang dicandikan di Mireng dengan arca Buddha.
Beliau mumpunyai anak yang bernama Raden Wijaya (Sri Kertarajasa
Jayawarddhana). Dari perkawinan Nagarakartagama, pada pemerintahan ayahnya pada
tahun 1254,
Kertanegara telah dinobatkan menjadi seorang
raja yang memerintahkan seluruh daerah di Kediri. Kertanegara adalah seorang
raja muda
yang sangat terkenal. Namun usaha Kertanegara
untuk mempersatukan nusantara
telah gugur. Krom (1957:352) mengemukakan
sebagai berikut.
Latar belakang tindakan tidak jelas yang
mengatakan bahwa Wisnuwarddhana telah
menobatkan anaknya menjadi raja dalam tahun
1254. Tindakan itu disebabkan karena mungkin sekali ibu Kertanagara,
Jayawarddhani mempunyai pengaruh yang besar dalam pemerintahan karena
asal-usulnya, sehingga Wisnuwarddhana memandang lebih aman apabila ia
memerintah atas nama anaknya daripada memerintah atas nama dirinya sendiri.
“Mungkin tindakan Wisnuwarddhana itu
disebabkan karena ia sendiri
menderita penyakit … Di samping itu bahwa
pada tahun 1254 itu mungkin Kertanagara masih kanak-kanak”. (Schrieke, 1957:71)
Moens (1955:365) mengemukakan bahwa
Tribhuwana mempunyai hubungan bigamy dengan Cakreswara, suaminya yang
dilukiskan sebagai Bhairawa dan Gajah Mada yang dilukiskan sebagai Ganesa yang
ditempatkan di sebelah kiri dan kanan dari arca Camundi.
D.
Runtuhnya Kerajaan Singhasari
Kertanegara mempersiapkan diri untuk menghadapi ancaman dari Khubilai
Khan. Lalu Kertanegara menganiaya dan melukai seorang utusan Khubilai Khan yang
meminta tunduk dari raja Kertanegara. Kemudian Khubilai Khan merasa terhina dan
mengadakan perang untuk menggempur Jawa. Bersamaan dengan itu, Jayakatwang yang
memerintah Kediri menyerang Singhasari karena berupaya ingin melepaskan Kediri
dari kekuasaan Singhasari. Dalam serangan sengit ini Kertanegara mati terbunuh
dan Singhasari dapat direbut. Raden Wijaya telah berhasil melarikan dirinya ke
Pulau Madura.
Riwayat Singhasari kemudian berakhir dan pusat kerajaan yang sekarang
telah pindah ke Kediri. Raja Kertanegara dicandikan di Singhasari
dengan tiga arca perwujudan, yang
melambangkan trikarya, yaitu sebagai Siwa Buddha dalam bentuk Bhairawa yang
melambangkan nirmanakarya, sebagai Ardhanari lambing sambhogakaya, dan sebagai
Jina dalam bentuk Aksbhya yang melambangkan dharmmakaya.
E.
Kehidupan Politik, Sosial, Ekonomi, Budaya, dan Agama
Ketika Ken Arok menjadi
Akuwu di Tumapel, berusaha meningkatkan kehidupan masyarakatnya. Banyak daerah
– daerah yang bergabung dengan Tumapel. Namun pada masa pemerintahan Anusapati,
kehidupan kehidupan sosial masyarakat kurang mendapat perhatian, karena ia
larut dalam kegemarannya menyabung ayam. Pada masa Wisnuwardhana kehidupan
sosial masyarakatnya mulai diatur rapi. Dan pada masa Kertanegara, ia
meningkatkan taraf kehidupan masyarakatnya.
Keadaan perekonomian Kerajaan Singasari yaitu
ikut ambil bagian dalam dunia pelayaran. Keadaan ini juga didukung oleh hasil –
hasil bumi.
Ditemukan peninggalan candi – candi dan
patung – patung diantaranya candi Kidal, candiJaga, dan candi Singasari.
Sedangkan patung – patung yang ditemukan adalah patung Ken Dedes sebagai Dewa
Prajnaparamita lambang kesempurnaan ilmu, patung Kertanegara dalam wujud patung
Joko Dolog, dan patung Amoghapasa juga merupakan perwujudan Kertanegara (Kedua
patung Kertanegara baik patung Joko Dolog maupun Amoghapasa menyatakan bahwa
Kertanegara menganut agama Buddha beraliran Tantrayana).
Diangkat seorng Dharmadyaksa (kepala agama
Buddha). Disamping itu ada pendeta Maha Brahmana yang mendampingi Raja, dengan
pangkat Sangkhadharma. Sesuai dengan agama yang dianutnya, Kertanegara
didharmakan sebagai Syiwa Buddha di candi Jawi, di Sagala bersama – sama dengan
permaisurinya yang diwujudkan sebagai Wairocana Locana, dan sebagai Bairawa di
candi Singasari. Terdapat prasasti pada lapik (alas) arca Joko Dolog yang ada
di taman Simpang di Surabaya, yang menyebutkan bahwa Kertanegara dinobatkan
sebagai Jina atau Dhyani Buddha yaitu sebagai Aksobya. Sedangkan arca Joko
Dolog itu sendiri merupakan arca perwujudannya. Sebagai seorang Jina ia
bergelar Jnanasiwabajra.
BAB
III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Sejarah adalah peristiwa
yang terjadi pada masa lampau, dan saat ini pelajaran sejarah diajarkan mulai
dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Mempelajari salah satu sejarah yang
pernah terjadi di Indonesia sangatlah penting dengan salah satunya mengetahui
dan memahami peristiwa asal mula sampai runtuhnya Kerajaan Singhasari ini.
Perkembangan suatu kerajaan
besar, tokoh-tokoh dan peninggalan-peninggalannya juga dapat kita pelajari
sebagai bukti sejarah Kerajaan Singhasari yang pernah menjadi salah satu
kerajaan terbesar di Nusantara.
B. Saran
Kami memahami bahwa
penulisan makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna, untuk karena itu
kritik dan saran sangat kami perlukan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Larope. 1979. Sejarah 1. Surabaya: Karunia.
Poesponegoro,M.D. 1984. Sejarah Nasional
Indonesia II. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Tim Nasional Penulisan Sejarah Indonesia.
2009. Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Kuno (Jilid II). Jakarta: Balai Pustaka
No comments:
Post a Comment