Saturday, January 5, 2019

MAKALAH KOLOID



MAKALAH KOLOID



KATA PENGANTAR

Asslamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nyalah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “KOLOID”.Dan sholawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhamad SAW semoga selalu terlimpahkan. Amin.
           Tak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada Bapak/ Ibu guru yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan makalah ini. Dimana makalah ini saya  mengupas sekelumit tentang Sistem Koloid dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi siswa-siswi atau bagi pembacanya. Tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan penyusunan makalah ini yang masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saya memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisannya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb


Sinjai, 11 April 2018

Penyusun



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................i

DAFTAR ISI ..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................1

A.LatarBelakang ..............................................................................................1
B.RumusanMasalah .......................................................................................1
C.Tujuan ..................................................................................................................1
D.Manfaat........................................................................................................1
                          
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
            A.  Sejarah Koloid...............................................................................3
B.    PengertianKoloid..........................................................................................3
C.     Jenis-JenisKoloid..........................................................................................3
D.    Sifat-Sifat Koloid................................................................................................4
E.    Pembuatan Sistem Koloid.................................................................................5
F.     Kegunaan Koloid...................................................................................6            
G. Komponen Penyusun        Koloid, Bentuk Partikel dan Kegunaannya Dalam Kehidupan sehari-Hari.....................................................................................6
BAB III PENUTUP........................................................................................7

A.      Kesimpulan ..............................................................................................................8
B.      Saran.................................................................................................................9
        
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................10      













BAB I
PENDAHULUAN

         A.     Latar Belakang
Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).
Koloid mudah dijumpai dimana saja: susuagar-agartintasampo, serta awan merupakan contoh-contoh koloid yang dpat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya.
B.    Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan sistem koloid?
b. Jelaskan macam-macam sistem koloid?
c. Bagaimana sifat-sifat koloid?
d. Bagaimana proses pembuatan sistem koloid?
e. Apa saja komponen sistem koloid, bentuk partikel dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari?
C.    Tujuan
a. Agar pembaca dapat mengetahui sejarah dan definisi dari koloid.
b. Agar pembaca mengetahui macam-macam sistem koloid.
c. Agar pembaca mengetahui sifat-sifat koloid.
d. Agar pembaca mengetahui proses pembuatan sistem koloid.
e. Agar pembaca mengetahui komponen sistem koloid, bentuk partikel dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
D.    Manfaat
a.  Pembaca dapat mengetahui sistem koloid.
b.  Pembaca mengetahui macam-macam sistem koloid.
c.  Pembaca mengetahui sifat-sifat koloid.
d.  Pembaca mengetahui proses pembuatan sistem koloid.
e. Pembaca mengetahui komponen sistem koloid, bentuk partikel dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.


BAB II
PEMBAHASAN
A.   Sejarah sistem Koloid
Pada tahun 1861, Thomas Graham, seorang ahli kimia bangsa Inggris melakukan percobaan untuk menguji perbedaan kemampuan aliran zat terlarut dengan menggunakan kantong perkamen, air, kristal gula, lem perekat, dan tepung kanji. Mula – mula gula, lem perekat, dan tepung kanji masing – masing dilarutkan ke dalam air. Kemudian larutannya dimasukkan ke dalam kantong perkamen, ditutup rapat dan direndam dalam air.
Dari percobaan tersebut ternyata molekul gula memiliki kemampuan untuk merembes keluar menembus pori – pori perkamen sehingga keluar dari kantong. Akan tetapi partikel kanji tidak dapat keluar dari kantong. Zat lain yang dicobakan oleh Thomas Graham adalah zat perekat dengan percobaan yang sama. Ternyata zat perekat tersebut sifatnya sama dengan sifat kanji, yaitu tidak mampu menembus membran perkamen.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Graham memberikan gagasan sebagai berikut.
1.      Molekul gula dapat lolos dari membran perkamen, sedangkan kanji dan perekat tidak dapat lolos dari membran perkamen. Hal ini dimungkinkan karena ada perbedaan diameter molekul antara molekul kanji dengan molekul gula. Molekul kanji mempunyai diameter lebih besar dari diameter molekul gula.
2.      Larutan gula yang berasal dari kristal gula dan semacamnya disebut larutan yang berdifusi cepat atau kristaloid, sedangkan zat perekat, kanji, dan susu, atau semacamnya yang bersifat lekat dan kental disebutkoloid.
Pada perkembangan selanjutnya, penggolongan zat menjadi koloid dan kristaloid tidak dapat dipertahankan karena banyak koloid dapat dikristalkan dan kristaloid dapat dibuat koloid.
Pada tahun 1907, Ostwald mengemukakan istilah sistem terdispersidan mediumpendispersi. Sistem koloid terdiri dari fase terdispersi dengan ukuran tertentu dalam medium pendispersi. Zat yang didispersikan  disebutfase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium pendispersi. Analogi dalam larutan, fase terdispersi adalah zat terlarut sedangkan medium pendispersi adalah zat pelarut. Pada
contoh campuran susu dan air, fase terdispersi adalah partikel susu dan medium pendispersinya adalah air.
Seorang kimiawan Jerman bernama Richard Zsigmondy, pada tahun 1912 mendesain mikroskop ultra untuk mengamati partikel – partikel terlarut termasuk partikel koloid. Dari pengamatannya tersebut ternyata partikel koloid mempunyai diameter molekul 10cm – 10 cm. Mengapa harus menggunakan mikroskop ultra? Karena hanya partikel yang ukuran diameternya lebih besar dari 10cm yang dapat dilihat dengan mikroskop biasa.
B.    Pengertian Koloid
Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar). Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari sifat larutan atau suspensi. Keadaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat, baik padat, cair, maupun gas, dapat dibuat dalam keadaan koloid.
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh lain dari sistem koloid adalah adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti mayones, hairspray, jelly, dll.  
Keadaan koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan koloid atau suatu koloid adalah suatu campuran berfasa dua yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi dengan ukuran partikel terdispersi berkisar antara 10-7 sampai dengan 10-4 cm. Besaran partikel yang terdispersi, tidak menjelaskan keadaan partikel tersebut. Partikel dapat terdiri atas atom, molekul kecil atau molekul yang sangat besar. Koloid emas terdiri atas partikel-partikel dengan bebagai ukuran, yang masing-masing mengandung jutaan atom emas atau lebih. Koloid belerang terdiri atas partikel-partikel yang mengandung sekitar seribu molekul S8. Suatu contoh molekul yang sangat besar (disebut juga molekul makro) ialah haemoglobin. Berat molekul dari molekul ini 66800 s.m.a dan mempunyai diameter sekitar 6 x 10-7.
Di dalam koloid secara umum, ada 2 zat sebagai berikut :
·                     Zat terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid
·                     Zat Pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid
                                              





Berdasarkan fase terdispersi maupun fase pendispersi suatu koloid dibagi menjadi sebagai berikut:

Fase
Terdispersi
Fase
Pendispersi
Nama Koloid
Contoh
Gas
Cair
Busa
Buih,sabun, ombak, krim kocok,
Gas
Padat
Busa padat
Batu apung, busa jok
Cair
Gas
Aerosol cair
Obat seprot, kabut, hair spray di udara, awan
Cair
Cair
Emulsi Cair
Air santan, air susu, mayones
Cair
Padat
Emulsi Padat
Mentega, jeli, keju, agar – agar
Padat
Gas
Aerosol Padat
Debu di udara, gas knalpot, asap
Padat
Cair
Sol
Cat, tinta, lotion
Padat
Padat
Sol Padat
Tanah,kaca,lumpur, baja, perunggu

C.    Jenis-Jenis Koloid
Koloid memiliki bentuk bermacam-macam, tergantung dari fase zat pendispersi dan zat terdispersinya. Beberapa jenis koloid:

·          Aerosol
Aerosol adalah sistem koloid di mana partikel padat  atau cair terdispersi dalam gas.
Contoh aerosol adalah sebagai berikut:
IMG_20180412_080330-1.png
ASAP

Aerosol  yang memiliki zat pendispersi berupa gas. Aerosol yang memiliki zat terdispersi cair disebut aerosol cair (contoh: kabut dan awan) sedangkan yang memiliki zat terdispersi padat disebut aerosol padat (contoh: asap dan debu dalam udara).
·         Sol 

IMG_20180412_080344-1.png
AIR SUNGAI

Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: Air sungai, sol sabun, sol detergen dan tinta).

No.
Hidrofob
Hidrofil
A
Tidak menarik molekul air tetapi mengadsorbsi ion
Menarik molekul air hingga menyelubungi partikel – partikel terdispersi
B
Tidak reversible, apabila mengalami koagulasi sukar menjadi sol lagi
Reversibel, bila mengalami koagulasi akan dapat membentuk sol lagi jika ditambah medium pendispersinya
C
Biasanyaterdiri atas zat anorganik
Biasanya terdiri atas zat organic
D
Kekentyalannya rendah
Kekentalannya tinggi
E
Gerak Brown terlihat jelas
Gerak Brown tidak jelas
F
Mudah dikoagulasikan oleh elektrolit
Sukar dikoagulasikan oleh elektrolit
G
Umumnya dibuat dengan cara kondensasi
Umumnya dibuat dengan cara disperse
H
Efek tyndall jelas
Efek tyndall kurang jelas
I
Contoh : Sol logam, sol belerang, sol Fe(OH)3, sol As2S3, sol sulfide
Contoh : Sol kanji, sol protein, sol sabun, sol gelatin 


·         Emulsi 

IMG_20180412_080354-1.png
SUSU

Emulsi adalah sistem koloid dimana zat terdispersi dan pendispersi adalah zat cair yang tidak dapat bercampur. Misalnya : Emulsi minyak dalam air: santan, susu, lateks, minyak ikan. Emulsi air dalam minyak: mentega, minyak rambut, minyak bumi. Untuk membentuk emulsi digunakan zat pengemulsi atau emulgator yaitu zat yang dapat tertarik oleh kedua zat cair tersebut.Contoh : sabun uuntuk mengemulsikan minyak dan air kasein sebagai emulgator pada susu
·         Buih 

IMG_20180412_080404-1.png
ALAT PEMADAM KEBAKARAN

Sistem Koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: pada pengolahan bijih logam, alat pemadam kebakaran, kosmetik dan lainnya).
·         Buih Cair (Buih)

IMG_20180412_080429-1.png
BUIH HASIL KOCOKAN TELUR
Buih cair adalah sistem koloid dengan fase terdisperasi gas dan dengan medium pendisperasi zat cair. Fase terdisperasi gas pada umumnya berupa udara atao karbondioksida yang terbetuk dari fermentasi. Kestabilan buih dapat diperoleh dari adanya zat pembuih (surfaktan). Zat ini teradsorbsi ke daerah antar-fase dan mengikat gelembung-gelembung gas sehingga diperoleh suatu kestabilan.
Ukuran koloid buih bukanlah ukuran gelembung gas seperti pada sistem kolid umumnya, tetapi adalah ketebalan film (lapisan tipis) pada daerah antar-fase dimana zat pembuih teradsorbsi, ukuran koloid berkisar 0,0000010 cm. Buih cair memiliki struktur yang tidak beraturan. Strukturnya ditentukan oleh kandungan zat cairnya, bukan oleh komposisi kimia atau ukuran buih rata-rata. Jika fraksi zat cair lebih dari 5%, gelembung gas akan mempunyai bentuk hamper seperti bola. Jika kurang dari 5%, maka bentuk gelembung gas adalah polihedral.
Beberapa sifat buih cair yang penting:
1)      Struktur buih cair dapat berubah dengan waktu, karena: pemisahan medium pendispersi (zat cair) atau drainase, karena kerapatan gas dan zat cair yang jauh berbeda,
2)        terjadinya difusi gelembung gas yang kecil ke gelembung gas yang besar akibat tegangan permukaan, sehingga ukuran gelembung gas menjadi lebih besar, rusaknya film antara dua gelembung gas.
3)      Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar. Bila gaya yang diberikan kecil, maka struktur buih akan kembali kebentuk awal setelah gaya tersebut ditiadakan. Jika gaya yang diberikan cukup besar, maka akan terjadi deformasi.
Ø  Contoh buih cair:
a)      Buih hasil kocokan putih telur
Karena udara di sekitar putih telur akan teraduk dan menggunakan zat pembuih, yaitu protein dan glikoprotein yang berasal dari putih telur itu sendiri untukmembentuk buih yang relative stabil. Sehingga putih telur yang dikocok akan mengembang.
b)      Buih hasil akibat pemadam kebakaran
Alat pemadam kebakaran mengandung campuran air, natrium bikarbonat, aluminium sulfat, serta suatu zat pembuih. Karbondioksida yang dilepas akan membentuk buih dengan bamtuan zat pembuih tersebut.


·         Buih Padat

IMG_20180412_080416-1.png
ROTI

Buih padat adalah sistem koloid dengan fase terdisperasi gas dan denganmedium pendisperasi zat padat. Kestabilan buih ini dapat diperoleh dari zat pembuih juga (surfaktan). Contoh-contoh buih padat yang mungkin kita ketahui:

a)      Roti
Proses peragian yang melepas gas karbondioksida terlibat dalam proses pembuatan roti. Zat pembuih protein gluten dari tepung kemudian akan membentuk lapisan tipis mengelilimgi gelembung-gelembung karbondioksida untuk membentuk buih padat.
b)       Batu Apung
            Dari proses solidifikasi gelas vulkanik, maka terbentuklah batu apung.
c)      Styrofoam
Styrofoam memiliki fase terdisperasi karbondioksida dan udara, serta medium pendisperasi polistirena.
d)     Gel 
Gel merupakan sistem koloid kaku atau setengah padat dan setengah cair. Contoh: agar-agar.

D.   Sifat-Sifat Koloid
·                     Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
·                     Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas( dinamakan gerak brown), sedangkan pada zat padat hanya beroszillasi di tempat ( tidak termasuk gerak brown ). Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair dengan zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.

·                     Muatan Listrik pada Partikel – partikel Koloid
1.      Adsorpsi
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. (Catatan : Adsorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel).Sifat adsorbsi digunakan dalam proses :
1.                  Pemutihan gula tebu
2.                  Norit
3.                  Penjernih air
Contoh :
§  koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap kuman penyebab diare.
§  Koloid Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H+ sehingga menjadi bermuatan +. Adanya muatan senama maka koloid Fe(OH), akan tolak-menolak sesamanya sehingga partikel-partikel koloid tidak akan saling menggerombol.
§  Koloid As2S3 akan mengadsorbsi ion OH- dalam larutan sehingga akan bermuatan - dan tolak-menolak dengan sesamanya, maka koloid As2S3 tidak akan menggerombol.
2.      Muatan Koloid dan Elekroforesis
 Koloid ditentukan oleh muatan ion terserap permukaan koloid Elekroforesi adalah gerakan partikel koloid karena pengaruh medan listrik. Karena partikel koloid mempunyai muatan maka dapat bergerak dalam medan listrik. Jika ke dalam koloid dimasukkan arus searah melalui elektroda, maka koloid bermuatan positif akan bergerak menuju elektroda negatif dan sesampai di elektroda negatif akan terjadi penetralan muatan dan koloid akan menggumpal (koagulasi)
Contoh : Cerobong pabrik yang dipasangi lempeng logam yang brmuatan listrik dengan tujuan untuk menggumpalkan debunya.
3.       Koagulasi koloid
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.Koagulasi koloid merupakan penggumpalan koloid karena elektrolit yang muatannya berlawanan.
Contoh: kotoran pada air yang digumpalkan oleh tawas sehingga air menjadi jernih
Faktor – faktor yang menyebabkan koagulasi :
1)     Perubahan suhu.
2)     Pengadukan.
3)     Penambahan ion dengan muatan besar (contoh: tawas).
4)     Pencampuran koloid positif dan koloid negatif.
Koloid akan mengalami koagulasi dengan cara:
a)      Mekanik
Cara mekanik dilakukan dengan pemanasan, pendinginan atau pengadukan cepat.
b)      Kimia
 penambahan elektrolit (asam, basa, atau garam). Contoh:
§  susu + sirup masam —> menggumpal
§  lumpur + tawas —> menggumpal
Dengan mencampurkan 2 macam koloid dengan muatan yang berlawanan.
Contoh: Fe(OH)3 yang bermuatan positif akan menggumpal jika dicampur As2S3 yang bermuatan negatif.
·                     Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Berdasarkan sifat adsorpsi dari partikel koloid terhadap medium pendispersinya, kita mengenal dua macam koloid :
Koloid liofil yaitu koloid yang ”senang cairan” (bahasa Yunani : liyo = cairan; philia = senang). Partikel koloid akan mengadsorpsi molekul cairan, sehingga terbentuk selubung di sekeliling partikel koloid itu. Contoh koloid liofil adalah kanji, protein, dan agar-agar. Sedangkan Koloid liofob yaitu koloid yang ”benci cairan” (phobia = benci). Partikel koloid tidak mengadsorpsi molekul cairan. Contoh koloid liofob adalah sol sulfida dan sol logam.
Ciri – cirinya:
v Sol Liofil
1)     Dapat dibuat langsung dengan mencampurkan fase terdispersi dengan medium    terdispersinya
2)     Mempunyai muatan yang kecil atau tidak bermuatan
3)     Partikel-partikel sol liofil mengadsorpsi medium pendispersinya. Terdapat proses solvasi/ hidrasi, yaitu terbentuknya lapisan medium pendispersi yang teradsorpsi di sekeliling partikel sehingga menyebabkan partikel sol liofil tidak saling bergabung
4)     Viskositas sol liofil > viskositas medium pendispersi
5)     Tidak mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit
6)     Reversibel, artinya fase terdispersi sol liofil dapat dipisahkan dengan koagulasi, kemudian dapat diubah kembali menjadi sol dengan penambahan medium pendispersinya.
7)     Memberikan efek Tyndall yang lemah
8)     Dapat bermigrasi ke anode, katode, atau tidak bermigrasi sama sekali
v Sol Liofob
1)     Tidak dapat dibuat hanya dengan mencampur fase terdispersi dan medium pendisperinya
2)     Memiliki muatan positif atau negativ
3)     Partikel-partikel sol liofob tidak mengadsorpsi medium pendispersinya. Muatan partikel diperoleh dari adsorpsi partikel-partikel ion yang bermuatan listrik
4)     Viskositas sol hidrofob hampir sama dengan viskositas medium pendispersi
5)     Mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit karena mempunyai muatan
6)     Irreversibel artinya sol liofob yang telah menggumpal tidak dapat diubah menjadi sol
7)     Memberikan efek Tyndall yang jelas
8)     Akan bergerak ke anode atau katode, tergantung jenis muatan partikel
·                     Koloid dalam Penjernihan Air
1)     Pengambilan Endapan Pengotor
Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali mangandung zat-zat pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untukmemisahkan pengotor ini, digunakan alat pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang bermuatan akan digunakan untuk menarik partikel-partikel koloid.
2)     Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:
Al3+ + 3H2O Al(OH)3 + 3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi.
3)     Pemurnian koloid
Untuk memurnikan koloid yaitu menghilangkan ion-ion yang mengganggu kestabilan koloid, dapat dilakukan cara dialysis. Koloid yang akan dimurnikan dimasukkan ke kantong yang terbuat dari selaput semipermeabel yaitu selaput yang hanya dapat dilewati partikel ion saja dan tidak dapat dilewati molekul koloid.
Contoh: kertas perkamen, selopan atau kolodion.
Kantong koloid dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir, maka ion-ion dalam koloid akan keluar dari kantong dan keluar dari bejana dan koloid tertinggal dalam kantong. Proses dialisis akan di percepat jika di dalam bejana diberikan arus listrik yang disebut elektro dialisis.
Proses pemisahan kotoran hasil metabolisme dari darah oleh ginjal termasuk proses dialisis. Maka apabila seseorang menderita gagal ginjal, orangtersebut harus menjalani “cuci darah” dengan mesin dialisator di rumah sakit. Koloid juga dapat dimurnikan dengan penyaring ultra.
·         Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini disebut proses dialisis.

E.    Pembuatan Sistem Koloid
Reaksi dekomposisi rangkap
Misalnya:
Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang;
As2O3 (aq) + 3H2S(g) à As2O3 (koloid) + 3H2O(l)
(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-)
Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl encer;
AgNO3 (ag) + HCl(aq) à AgCl (koloid) + HNO3 (aq)
·         Pemanasan nitrat
Jika dipanaskan, kebanyakan nitrat cenderung mengalami dekomposisi membentuk oksida logam, nitrogen dioksida berupa asap coklat, dan oksigen.
Sebagai contoh, nitrat Golongan 2 yang sederhana seperti magnesium nitrat mengalami dekomposisi dengan reaksi sebagai berikut :
Pada Golongan 1, ithium nitrat mengalami proses dekomposisi yang sama  menghasilkan lithium oksida, nitrogen dioksida dan oksigen. Akan tetapi, nitrat dari unsur selain lithium dalam Golongan 1 tidak terdekomposisi sempurna (minimal tidak terdekomposisi pada suhu Bunsen) - menghasilkan logam nitrit dan oksigen, tapi tidak menghasilkan nitrogen oksida.Semua nitrat dari natrium sampai cesium terdekomposisi menurut reaksi di atas, satu-satunya yang membedakan adalah panas yang harus dialami agar reaksi bisa terjadi. Semakin ke bawah golongan, dekomposisi akan semakin sulit, dan dibutuhkan suhu yang lebih tinggi.
·         Pemanasan karbonat
Jika dipanaskan, kebanyakan karbonat cenderung mengalami dekomposisi membentuk oksida logam dan karbon dioksida.Sebagai contoh, karbonat Golongan 2 sederhana seperti kalsium karbonat terdekomposisi sebagai berikut :
Pada Golongan 1, lithium karbonat mengalami proses dekomposisi yang sama menghasilkan lithium oksida dan karbon dioksida.
Karbonat dari unsur-unsur selain lithium pada Golongan 1 tidak terdekomposisi pada suhu Bunsen, walaupun pada suhu yang lebih tinggi mereka akan terdekomposisi. Suhu dekomposisi lagi-lagi meningkat semakin ke bawah Golongan.

F.    Kegunaan Koloid
Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.



Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid:       
Jenis industri
Contoh aplikasi
Industri makanan
Keju, mentega, susu, saus salad
Industri kosmetika dan perawatan tubuh
Krim, pasta gigi, sabun
Industri cat
Cat
Industri kebutuhan rumah tangga
Sabun, deterjen
Industri pertanian
Peptisida dan insektisida
Industri farmasi
Minyak ikan, pensilin untuk suntikan

  Berikut ini adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid :
1.   Pemutihan Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel koloidakan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.
2.  Penggumpalan Darah
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan.
3.   Pembentukan Delta di Muara Sungai
Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2 yang bermuatan positif. Ketika air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif dari air laut akanmenetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi koagulasi yang akan membentuk suatu delta.
G.   Komponen Penyusun Koloid, Bentuk Patikel dan Kegunaannya Dalam Kehidupan Sehari-Hari
v Komponen Penyusun Koloid
·         Fase kontinyu: medium pendispersi jumlahnya lebih banyak.
·         Fase diskontinyu: medium terdispersi jumlahnya lebih banyak.
v  Bentuk Partikel Koloid
1)      Bulatan : Misalnya virus, silica.
2)           Batang : Misalnya virus.
3)      Piringan : Misalnya globulin dalam darah.
4)      Serat : Misalnya selulosa.
v  Penggunaan sistem Koloid Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.
§  Obat – obat : salep, krim, minyak ikan
§  Makanan : es krim, jelly, dan agar – agar
§  Kosmetik : hair cream, skin spray, body lotion
§  Industri : tinta, cat, pemutihan gula
Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon, partikel-partikel koloid kemudian akan mengadsorbsi zat warna tersebut. Sehingga gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan.

















BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
-  Partikel koloid dapat menghamburkan cahaya sehingga berkas cahaya yang melalui sistem koloid. Dapat diamati dari samping sifat partikel koloid ini disebut efek Tyndall.
      -  Jika diamati dengan mikroskop ultra ternyata partikel koloid senantiasa bergerak dengan gerak patah-patah yang disebut gerak Brown. Gerak Brown terjadi karena tumbukan tak simetris antara molekul medium dengan partikel koloid.
      - Koloid dapat mengadsorpsi ion atau zat lainpada permukaannya, dan oleh karena luas permukaannya yang relatif besar, maka koloid mempunyai daya adsorpsi yang besar.
-  Adsorpsi ion-ion oleh partikel koloid membuat partikel koloid menjadi bermuatan listrik. Muatan koloid menyebabkan gaya tolak-menolak di antara partikel koloid, sehingga menjadi stabil (tidak mengalami sedimentasi).
-  Muatan partikel koloid dapat ditunjukkan dengan elektroforesis, yaitu pergerakan partikel koloid dalam medan listrik.
-  Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi. Koagulasi dapat terjadi karena berbagai hal, misalnya pada penambahan elektrolit. Penambahan elekrolit  akan menetralkan muatan koloid, sehingga faktor yang menstabilkannya hilang.
-  Koloid yang medium dispersinya berupa cairan dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob. Koloid liofil mempunyai interaksi yang kuat dengan mediumnya; sebaliknya, pada koloid liofob interaksinya tersebut tidak ada.
- Koloid dapat dibuat dengan cara dispersi atau kondensasi. Pada cara dispersi, bahan kasar dihaluskan kemudian didispersikan ke dalam medium dispersinya. Pada cara kondensasi, koloid dibuat dari larutan di mana atom atau molekul mengalami agregasi (pengelompokan), sehingga menjadi partikel koloid.
B. Saran
      Demikianlah makalah ini kami buat, tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun bagi para pembacanya sebagai kesempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini bisa menjadi acuan untuk meningkatkan makalah-makalah selanjutnya dan bermanfaat bagi para pembacanya dan terkhusus buat kami            . AMIN.


DAFTAR PUSTAKA
Purba, Michael.2010.Kimia Untuk SMA Kelas XI.Jakarta: ERLANGGA
Parning, dkk. 2006. Kimia SMA Kelas XI Semester Kedua. Jakarta: Yudhistira. Suharsini, Maria. 2005. Kimia dan Kecakapan Hidup. Jakarta: Ganesa Exact.

No comments:

Post a Comment

pengobatan lama menikah belum punya anak

doa membuka aura wajah supaya awet muda dan bercahaya

doa membuka aura wajah supaya awet muda dan bercahaya

BISNIS 2018