MAKALAH KOLOID
KATA PENGANTAR
Asslamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur saya panjatkan ke
hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nyalah sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “KOLOID”.Dan
sholawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhamad SAW semoga selalu
terlimpahkan. Amin.
Tak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada Bapak/ Ibu guru yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan makalah ini. Dimana makalah ini saya mengupas sekelumit tentang Sistem Koloid dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Tak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada Bapak/ Ibu guru yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan makalah ini. Dimana makalah ini saya mengupas sekelumit tentang Sistem Koloid dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi siswa-siswi atau bagi pembacanya.
Tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan penyusunan makalah ini yang
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saya memohon maaf apabila terdapat
kesalahan dalam penulisannya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Sinjai, 11 April 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
.....................................................................................i
DAFTAR ISI ..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
...............................................................................1
A.LatarBelakang ..............................................................................................1
B.RumusanMasalah
.......................................................................................1
C.Tujuan
..................................................................................................................1
D.Manfaat........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
...............................................................................
3
A. Sejarah
Koloid...............................................................................3
B. PengertianKoloid..........................................................................................3
C. Jenis-JenisKoloid..........................................................................................3
D. Sifat-Sifat
Koloid................................................................................................4
E. Pembuatan Sistem Koloid.................................................................................5
F. Kegunaan
Koloid...................................................................................6
G. Komponen Penyusun Koloid, Bentuk Partikel dan Kegunaannya
Dalam Kehidupan
sehari-Hari.....................................................................................6
BAB III
PENUTUP........................................................................................7
A.
Kesimpulan ..............................................................................................................8
B.
Saran.................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang
bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall.
Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya;
sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya sifat homogen ini juga dimiliki
oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).
Koloid mudah dijumpai dimana
saja: susu, agar-agar, tinta, sampo, serta awan merupakan contoh-contoh
koloid yang dpat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem
koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan sistem koloid?
b. Jelaskan macam-macam sistem
koloid?
c. Bagaimana sifat-sifat
koloid?
d. Bagaimana proses
pembuatan sistem koloid?
e. Apa saja komponen sistem
koloid, bentuk partikel dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari?
C. Tujuan
a. Agar pembaca dapat mengetahui sejarah dan definisi
dari koloid.
b. Agar pembaca mengetahui
macam-macam sistem koloid.
c. Agar pembaca mengetahui
sifat-sifat koloid.
d. Agar pembaca mengetahui
proses pembuatan sistem koloid.
e. Agar pembaca mengetahui
komponen sistem koloid, bentuk partikel dan kegunaannya dalam kehidupan
sehari-hari.
D. Manfaat
a. Pembaca dapat mengetahui sistem koloid.
b. Pembaca
mengetahui macam-macam sistem koloid.
c. Pembaca
mengetahui sifat-sifat koloid.
d. Pembaca
mengetahui proses pembuatan sistem koloid.
e. Pembaca mengetahui komponen
sistem koloid, bentuk partikel dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah sistem Koloid
Pada tahun 1861, Thomas Graham, seorang ahli kimia
bangsa Inggris melakukan percobaan untuk menguji perbedaan kemampuan aliran zat
terlarut dengan menggunakan kantong perkamen, air, kristal gula, lem perekat,
dan tepung kanji. Mula – mula gula, lem perekat, dan tepung kanji masing –
masing dilarutkan ke dalam air. Kemudian larutannya dimasukkan ke dalam kantong
perkamen, ditutup rapat dan direndam dalam air.
Dari percobaan tersebut ternyata molekul gula memiliki
kemampuan untuk merembes keluar menembus pori – pori perkamen sehingga keluar
dari kantong. Akan tetapi partikel kanji tidak dapat keluar dari kantong. Zat
lain yang dicobakan oleh Thomas Graham adalah zat perekat dengan percobaan yang
sama. Ternyata zat perekat tersebut sifatnya sama dengan sifat kanji, yaitu
tidak mampu menembus membran perkamen.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Graham
memberikan gagasan sebagai berikut.
1. Molekul gula dapat lolos dari membran perkamen,
sedangkan kanji dan perekat tidak dapat lolos dari membran perkamen. Hal ini
dimungkinkan karena ada perbedaan diameter molekul antara molekul kanji dengan
molekul gula. Molekul kanji mempunyai diameter lebih besar dari diameter
molekul gula.
2. Larutan gula yang berasal dari kristal gula dan
semacamnya disebut larutan yang berdifusi cepat atau kristaloid,
sedangkan zat perekat, kanji, dan susu, atau semacamnya yang bersifat lekat dan
kental disebutkoloid.
Pada perkembangan selanjutnya, penggolongan zat menjadi koloid dan
kristaloid tidak dapat dipertahankan karena banyak koloid dapat dikristalkan
dan kristaloid dapat dibuat koloid.
Pada tahun 1907, Ostwald mengemukakan istilah sistem terdispersidan mediumpendispersi. Sistem koloid
terdiri dari fase terdispersi dengan ukuran tertentu dalam medium pendispersi.
Zat yang didispersikan disebutfase
terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan
disebut medium pendispersi.
Analogi dalam larutan, fase terdispersi adalah zat terlarut sedangkan medium
pendispersi adalah zat pelarut. Pada
contoh campuran susu dan air, fase terdispersi adalah partikel susu dan
medium pendispersinya adalah air.
Seorang kimiawan Jerman bernama Richard Zsigmondy,
pada tahun 1912 mendesain mikroskop ultra untuk mengamati partikel – partikel
terlarut termasuk partikel koloid. Dari pengamatannya tersebut ternyata
partikel koloid mempunyai diameter molekul 10cm – 10 cm. Mengapa harus
menggunakan mikroskop ultra? Karena hanya partikel yang ukuran diameternya
lebih besar dari 10cm yang dapat dilihat dengan mikroskop biasa.
B.
Pengertian Koloid
Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang
keadaannya terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar). Sistem koloid
ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari sifat larutan atau suspensi.
Keadaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat, baik padat, cair,
maupun gas, dapat dibuat dalam keadaan koloid.
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat
atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase
terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain (medium
pendispersi/ pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran
yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu
partikel. Contoh lain dari sistem koloid adalah adalah tinta, yang terdiri dari
serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat
banyak sistem koloid yang lain, seperti mayones, hairspray, jelly, dll.
Keadaan koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan
koloid atau suatu koloid adalah suatu campuran berfasa dua yaitu fasa
terdispersi dan fasa pendispersi dengan ukuran partikel terdispersi berkisar
antara 10-7 sampai dengan 10-4 cm. Besaran partikel yang terdispersi, tidak
menjelaskan keadaan partikel tersebut. Partikel dapat terdiri atas atom,
molekul kecil atau molekul yang sangat besar. Koloid emas terdiri atas
partikel-partikel dengan bebagai ukuran, yang masing-masing mengandung jutaan
atom emas atau lebih. Koloid belerang terdiri atas partikel-partikel yang
mengandung sekitar seribu molekul S8. Suatu contoh molekul yang sangat besar
(disebut juga molekul makro) ialah haemoglobin. Berat molekul dari molekul ini
66800 s.m.a dan mempunyai diameter sekitar 6 x 10-7.
Di dalam koloid secara umum,
ada 2 zat sebagai berikut :
·
Zat terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid
·
Zat Pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid
Berdasarkan fase terdispersi maupun fase pendispersi
suatu koloid dibagi menjadi sebagai berikut:
Fase
Terdispersi
|
Fase
Pendispersi
|
Nama Koloid
|
Contoh
|
Gas
|
Cair
|
Busa
|
Buih,sabun, ombak, krim
kocok,
|
Gas
|
Padat
|
Busa padat
|
Batu apung, busa jok
|
Cair
|
Gas
|
Aerosol cair
|
Obat seprot, kabut, hair
spray di udara, awan
|
Cair
|
Cair
|
Emulsi
Cair
|
Air
santan, air susu, mayones
|
Cair
|
Padat
|
Emulsi
Padat
|
Mentega,
jeli, keju, agar – agar
|
Padat
|
Gas
|
Aerosol
Padat
|
Debu di
udara, gas knalpot, asap
|
Padat
|
Cair
|
Sol
|
Cat,
tinta, lotion
|
Padat
|
Padat
|
Sol
Padat
|
Tanah,kaca,lumpur,
baja, perunggu
|
C. Jenis-Jenis Koloid
Koloid memiliki bentuk
bermacam-macam, tergantung dari fase zat pendispersi dan zat terdispersinya. Beberapa
jenis koloid:
Aerosol adalah sistem koloid di mana partikel
padat atau cair terdispersi dalam gas.
Contoh aerosol adalah sebagai berikut:
ASAP
Aerosol yang memiliki
zat pendispersi berupa gas. Aerosol yang memiliki zat terdispersi cair disebut
aerosol cair (contoh: kabut dan awan) sedangkan yang memiliki zat terdispersi
padat disebut aerosol padat (contoh: asap dan debu dalam udara).
AIR SUNGAI
Sistem koloid dari partikel
padat yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: Air sungai, sol sabun, sol
detergen dan tinta).
No.
|
Hidrofob
|
Hidrofil
|
A
|
Tidak menarik molekul air
tetapi mengadsorbsi ion
|
Menarik molekul air hingga
menyelubungi partikel – partikel terdispersi
|
B
|
Tidak reversible, apabila
mengalami koagulasi sukar menjadi sol lagi
|
Reversibel, bila mengalami
koagulasi akan dapat membentuk sol lagi jika ditambah medium pendispersinya
|
C
|
Biasanyaterdiri atas zat
anorganik
|
Biasanya terdiri atas zat
organic
|
D
|
Kekentyalannya rendah
|
Kekentalannya tinggi
|
E
|
Gerak Brown terlihat jelas
|
Gerak Brown tidak jelas
|
F
|
Mudah dikoagulasikan oleh
elektrolit
|
Sukar dikoagulasikan oleh
elektrolit
|
G
|
Umumnya dibuat dengan cara
kondensasi
|
Umumnya dibuat dengan cara
disperse
|
H
|
Efek tyndall jelas
|
Efek tyndall kurang jelas
|
I
|
Contoh : Sol logam, sol belerang,
sol Fe(OH)3, sol As2S3, sol sulfide
|
Contoh : Sol kanji, sol
protein, sol sabun, sol gelatin
|
SUSU
Emulsi adalah sistem koloid
dimana zat terdispersi dan pendispersi adalah zat cair yang tidak dapat
bercampur. Misalnya : Emulsi minyak dalam air: santan, susu, lateks, minyak
ikan. Emulsi air dalam minyak: mentega, minyak rambut, minyak bumi. Untuk membentuk
emulsi digunakan zat pengemulsi atau emulgator yaitu zat yang dapat tertarik
oleh kedua zat cair tersebut.Contoh : sabun uuntuk mengemulsikan minyak dan air
kasein sebagai emulgator pada susu
ALAT PEMADAM KEBAKARAN
Sistem Koloid dari gas yang
terdispersi dalam zat cair. (Contoh: pada pengolahan bijih logam, alat pemadam
kebakaran, kosmetik dan lainnya).
·
Buih Cair (Buih)
BUIH HASIL KOCOKAN TELUR
Buih cair adalah sistem koloid
dengan fase terdisperasi gas dan dengan medium pendisperasi zat cair. Fase
terdisperasi gas pada umumnya berupa udara atao karbondioksida yang terbetuk
dari fermentasi. Kestabilan buih dapat diperoleh dari adanya zat pembuih (surfaktan).
Zat ini teradsorbsi ke daerah antar-fase dan mengikat gelembung-gelembung gas
sehingga diperoleh suatu kestabilan.
Ukuran koloid buih bukanlah
ukuran gelembung gas seperti pada sistem kolid umumnya, tetapi adalah ketebalan
film (lapisan tipis) pada daerah antar-fase dimana zat pembuih teradsorbsi,
ukuran koloid berkisar 0,0000010 cm. Buih cair memiliki struktur yang tidak
beraturan. Strukturnya ditentukan oleh kandungan zat cairnya, bukan oleh
komposisi kimia atau ukuran buih rata-rata. Jika fraksi zat cair lebih dari 5%,
gelembung gas akan mempunyai bentuk hamper seperti bola. Jika kurang dari 5%,
maka bentuk gelembung gas adalah polihedral.
Beberapa sifat buih cair yang penting:
1) Struktur buih cair dapat berubah dengan waktu, karena:
pemisahan medium pendispersi (zat cair) atau drainase, karena kerapatan gas dan
zat cair yang jauh berbeda,
2) terjadinya difusi gelembung gas yang kecil ke gelembung gas yang besar
akibat tegangan permukaan, sehingga ukuran gelembung gas menjadi lebih besar, rusaknya
film antara dua gelembung gas.
3) Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari
luar. Bila gaya yang diberikan kecil, maka struktur buih akan kembali kebentuk
awal setelah gaya tersebut ditiadakan. Jika gaya yang diberikan cukup besar,
maka akan terjadi deformasi.
Ø
Contoh buih cair:
a)
Buih hasil kocokan putih telur
Karena udara di sekitar putih
telur akan teraduk dan menggunakan zat pembuih, yaitu protein dan glikoprotein
yang berasal dari putih telur itu sendiri untukmembentuk buih yang relative
stabil. Sehingga putih telur yang dikocok akan mengembang.
b)
Buih hasil akibat pemadam kebakaran
Alat pemadam kebakaran
mengandung campuran air, natrium bikarbonat, aluminium sulfat, serta suatu zat
pembuih. Karbondioksida yang dilepas akan membentuk buih dengan bamtuan zat
pembuih tersebut.
·
Buih Padat
ROTI
Buih padat adalah sistem
koloid dengan fase terdisperasi gas dan denganmedium pendisperasi zat padat.
Kestabilan buih ini dapat diperoleh dari zat pembuih juga (surfaktan).
Contoh-contoh buih padat yang mungkin kita ketahui:
a) Roti
Proses peragian yang melepas
gas karbondioksida terlibat dalam proses pembuatan roti. Zat pembuih protein
gluten dari tepung kemudian akan membentuk lapisan tipis mengelilimgi
gelembung-gelembung karbondioksida untuk membentuk buih padat.
b) Batu Apung
Dari proses solidifikasi gelas vulkanik, maka
terbentuklah batu apung.
c) Styrofoam
Styrofoam memiliki fase
terdisperasi karbondioksida dan udara, serta medium pendisperasi polistirena.
d) Gel
Gel merupakan sistem koloid
kaku atau setengah padat dan setengah cair. Contoh: agar-agar.
D.
Sifat-Sifat Koloid
·
Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala
penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini
disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini
ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat
itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang
terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari
dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan
pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena
partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk
dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati,
partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit
dan sangat sulit diamati.
·
Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan
partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu
(gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra,
maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk
zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu
zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat
cair dan gas( dinamakan gerak brown), sedangkan pada zat padat hanya beroszillasi
di tempat ( tidak termasuk gerak brown ). Untuk koloid dengan medium
pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan
tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut
berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka
tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu
resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga
terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat
gerak Brown yang terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid,
semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak
Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen
zat cair dengan zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh
suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik
yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown
dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula
sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
·
Muatan Listrik pada Partikel – partikel Koloid
1.
Adsorpsi
Adsorpsi ialah peristiwa
penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan partikel koloid
yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. (Catatan : Adsorpsi harus
dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu
partikel).Sifat adsorbsi digunakan dalam proses :
1.
Pemutihan gula tebu
2.
Norit
3.
Penjernih air
Contoh :
§
koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap kuman
penyebab diare.
§
Koloid Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H+ sehingga
menjadi bermuatan +. Adanya muatan senama maka koloid Fe(OH), akan
tolak-menolak sesamanya sehingga partikel-partikel koloid tidak akan saling
menggerombol.
§
Koloid As2S3 akan mengadsorbsi ion OH- dalam
larutan sehingga akan bermuatan - dan tolak-menolak dengan sesamanya,
maka koloid As2S3 tidak akan menggerombol.
2. Muatan Koloid dan
Elekroforesis
Koloid ditentukan oleh muatan
ion terserap permukaan koloid Elekroforesi adalah gerakan partikel koloid
karena pengaruh medan listrik. Karena partikel koloid mempunyai muatan maka
dapat bergerak dalam medan listrik. Jika ke dalam koloid dimasukkan arus searah
melalui elektroda, maka koloid bermuatan positif akan bergerak menuju elektroda
negatif dan sesampai di elektroda negatif akan terjadi penetralan muatan dan
koloid akan menggumpal (koagulasi)
Contoh : Cerobong pabrik yang
dipasangi lempeng logam yang brmuatan listrik dengan tujuan untuk menggumpalkan
debunya.
3.
Koagulasi koloid
Koagulasi adalah penggumpalan
partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat
terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik
seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti
penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.Koagulasi koloid
merupakan penggumpalan koloid karena elektrolit yang muatannya berlawanan.
Contoh: kotoran pada air yang
digumpalkan oleh tawas sehingga air menjadi jernih
Faktor – faktor yang menyebabkan koagulasi :
1)
Perubahan suhu.
2)
Pengadukan.
3)
Penambahan ion dengan muatan besar (contoh: tawas).
4)
Pencampuran koloid positif dan koloid negatif.
Koloid akan mengalami koagulasi dengan cara:
a)
Mekanik
Cara mekanik dilakukan dengan
pemanasan, pendinginan atau pengadukan cepat.
b)
Kimia
penambahan elektrolit (asam, basa, atau
garam). Contoh:
§
susu + sirup masam —> menggumpal
§
lumpur + tawas —> menggumpal
Dengan mencampurkan 2 macam koloid dengan muatan yang
berlawanan.
Contoh: Fe(OH)3 yang
bermuatan positif akan menggumpal jika dicampur As2S3 yang
bermuatan negatif.
·
Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Berdasarkan sifat adsorpsi dari partikel koloid
terhadap medium pendispersinya, kita mengenal dua macam koloid :
Koloid liofil yaitu koloid yang ”senang cairan” (bahasa Yunani : liyo = cairan; philia = senang). Partikel koloid akan mengadsorpsi molekul cairan, sehingga terbentuk selubung di sekeliling partikel koloid itu. Contoh koloid liofil adalah kanji, protein, dan agar-agar. Sedangkan Koloid liofob yaitu koloid yang ”benci cairan” (phobia = benci). Partikel koloid tidak mengadsorpsi molekul cairan. Contoh koloid liofob adalah sol sulfida dan sol logam.
Koloid liofil yaitu koloid yang ”senang cairan” (bahasa Yunani : liyo = cairan; philia = senang). Partikel koloid akan mengadsorpsi molekul cairan, sehingga terbentuk selubung di sekeliling partikel koloid itu. Contoh koloid liofil adalah kanji, protein, dan agar-agar. Sedangkan Koloid liofob yaitu koloid yang ”benci cairan” (phobia = benci). Partikel koloid tidak mengadsorpsi molekul cairan. Contoh koloid liofob adalah sol sulfida dan sol logam.
Ciri – cirinya:
v Sol Liofil
1)
Dapat dibuat langsung dengan mencampurkan fase terdispersi dengan
medium terdispersinya
2)
Mempunyai muatan yang kecil atau tidak bermuatan
3)
Partikel-partikel sol liofil mengadsorpsi medium pendispersinya.
Terdapat proses solvasi/ hidrasi, yaitu terbentuknya lapisan medium pendispersi
yang teradsorpsi di sekeliling partikel sehingga menyebabkan partikel sol
liofil tidak saling bergabung
4)
Viskositas sol liofil > viskositas medium pendispersi
5)
Tidak mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit
6)
Reversibel, artinya fase terdispersi sol liofil dapat dipisahkan dengan
koagulasi, kemudian dapat diubah kembali menjadi sol dengan penambahan medium
pendispersinya.
7)
Memberikan efek Tyndall yang lemah
8)
Dapat bermigrasi ke anode, katode, atau tidak bermigrasi sama sekali
v Sol Liofob
1)
Tidak dapat dibuat hanya dengan mencampur fase terdispersi dan medium
pendisperinya
2)
Memiliki muatan positif atau negativ
3)
Partikel-partikel sol liofob tidak mengadsorpsi medium pendispersinya.
Muatan partikel diperoleh dari adsorpsi partikel-partikel ion yang bermuatan
listrik
4)
Viskositas sol hidrofob hampir sama dengan viskositas medium pendispersi
5)
Mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit karena mempunyai muatan
6)
Irreversibel artinya sol liofob yang telah menggumpal tidak dapat diubah
menjadi sol
7)
Memberikan efek Tyndall yang jelas
8)
Akan bergerak ke anode atau katode, tergantung jenis muatan partikel
·
Koloid dalam Penjernihan Air
1)
Pengambilan Endapan Pengotor
Gas atau udara yang dialirkan
ke dalam suatu proses industri seringkali mangandung zat-zat pengotor berupa
partikel-partikel koloid. Untukmemisahkan pengotor ini, digunakan alat
pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang bermuatan akan digunakan untuk
menarik partikel-partikel koloid.
2)
Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat
ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai
partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya
layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid
tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas
(Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis
membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:
Al3+ + 3H2O Al(OH)3 + 3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan
negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada
lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap
karena pengaruh gravitasi.
3)
Pemurnian koloid
Untuk memurnikan koloid yaitu
menghilangkan ion-ion yang mengganggu kestabilan koloid, dapat dilakukan cara
dialysis. Koloid yang akan dimurnikan dimasukkan ke kantong yang terbuat dari
selaput semipermeabel yaitu selaput yang hanya dapat dilewati partikel ion saja
dan tidak dapat dilewati molekul koloid.
Contoh: kertas perkamen,
selopan atau kolodion.
Kantong koloid dimasukkan ke
dalam bejana yang berisi air mengalir, maka ion-ion dalam koloid akan keluar
dari kantong dan keluar dari bejana dan koloid tertinggal dalam kantong. Proses
dialisis akan di percepat jika di dalam bejana diberikan arus listrik yang
disebut elektro dialisis.
Proses pemisahan kotoran hasil
metabolisme dari darah oleh ginjal termasuk proses dialisis. Maka apabila
seseorang menderita gagal ginjal, orangtersebut harus menjalani “cuci darah”
dengan mesin dialisator di rumah sakit. Koloid juga dapat dimurnikan dengan
penyaring ultra.
·
Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini
disebut proses dialisis.
E.
Pembuatan Sistem Koloid
Reaksi dekomposisi rangkap
Misalnya:
Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang;
Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang;
As2O3 (aq) + 3H2S(g) Ã As2O3
(koloid) + 3H2O(l)
(Koloid As2S3 bermuatan
negatif karena permukaannya menyerap ion S2-)
Sol AgCl dibuat dengan
mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl encer;
AgNO3 (ag) + HCl(aq) Ã AgCl
(koloid) + HNO3 (aq)
·
Pemanasan nitrat
Jika dipanaskan, kebanyakan nitrat cenderung mengalami dekomposisi
membentuk oksida logam, nitrogen dioksida berupa asap coklat, dan oksigen.
Sebagai contoh, nitrat
Golongan 2 yang sederhana seperti magnesium nitrat mengalami dekomposisi dengan
reaksi sebagai berikut :
Pada Golongan 1, ithium nitrat
mengalami proses dekomposisi yang sama
menghasilkan lithium oksida, nitrogen dioksida dan oksigen. Akan tetapi,
nitrat dari unsur selain lithium dalam Golongan 1 tidak terdekomposisi sempurna
(minimal tidak terdekomposisi pada suhu Bunsen) - menghasilkan logam nitrit dan
oksigen, tapi tidak menghasilkan nitrogen oksida.Semua nitrat dari natrium
sampai cesium terdekomposisi menurut reaksi di atas, satu-satunya yang
membedakan adalah panas yang harus dialami agar reaksi bisa terjadi. Semakin ke
bawah golongan, dekomposisi akan semakin sulit, dan dibutuhkan suhu yang lebih
tinggi.
·
Pemanasan karbonat
Jika dipanaskan, kebanyakan karbonat cenderung mengalami dekomposisi
membentuk oksida logam dan karbon dioksida.Sebagai contoh, karbonat Golongan 2
sederhana seperti kalsium karbonat terdekomposisi sebagai berikut :
Pada Golongan 1, lithium
karbonat mengalami proses dekomposisi yang sama menghasilkan lithium oksida dan
karbon dioksida.
Karbonat dari unsur-unsur
selain lithium pada Golongan 1 tidak terdekomposisi pada suhu Bunsen, walaupun
pada suhu yang lebih tinggi mereka akan terdekomposisi. Suhu dekomposisi
lagi-lagi meningkat semakin ke bawah Golongan.
F.
Kegunaan Koloid
Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang
penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling
melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.
Berikut ini adalah tabel
aplikasi koloid:
Jenis industri
|
Contoh aplikasi
|
Industri makanan
|
Keju, mentega, susu, saus
salad
|
Industri kosmetika dan
perawatan tubuh
|
Krim, pasta gigi, sabun
|
Industri cat
|
Cat
|
Industri kebutuhan rumah
tangga
|
Sabun, deterjen
|
Industri pertanian
|
Peptisida dan insektisida
|
Industri farmasi
|
Minyak ikan, pensilin
untuk suntikan
|
Berikut ini adalah
penjelasan mengenai aplikasi koloid :
1. Pemutihan Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula
ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae
atau karbon. Partikel koloidakan mengadsorpsi zat warna tersebut.
Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu
sehingga gula dapat berwarna putih.
2. Penggumpalan Darah
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika
terjadi luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas
yang mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel
koloid di protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah dapat
lebih mudah dilakukan.
3. Pembentukan Delta di Muara Sungai
Air sungai mengandung
partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan negatif. Sedangkan
air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2 yang bermuatan positif. Ketika
air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif dari air laut akanmenetralkan
muatan pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi koagulasi yang akan membentuk
suatu delta.
G.
Komponen Penyusun Koloid,
Bentuk Patikel dan Kegunaannya Dalam Kehidupan Sehari-Hari
v Komponen Penyusun Koloid
·
Fase kontinyu: medium pendispersi jumlahnya lebih banyak.
·
Fase diskontinyu: medium terdispersi jumlahnya lebih banyak.
v Bentuk Partikel Koloid
1)
Bulatan : Misalnya virus, silica.
2)
Batang : Misalnya virus.
3)
Piringan : Misalnya globulin dalam darah.
4)
Serat : Misalnya selulosa.
v Penggunaan sistem Koloid Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan
sehari-hari, terutama dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat
karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur
zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil
untuk produksi dalam skala besar.
§
Obat – obat : salep, krim, minyak ikan
§
Makanan : es krim, jelly, dan agar – agar
§
Kosmetik : hair cream, skin spray, body lotion
§
Industri : tinta, cat, pemutihan gula
Dengan melarutkan gula ke
dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau
karbon, partikel-partikel koloid kemudian akan mengadsorbsi zat warna tersebut.
Sehingga gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Partikel koloid
dapat menghamburkan cahaya sehingga berkas cahaya yang melalui sistem koloid.
Dapat diamati dari samping sifat partikel koloid ini disebut efek Tyndall.
- Jika diamati dengan
mikroskop ultra ternyata partikel koloid senantiasa bergerak dengan gerak
patah-patah yang disebut gerak Brown. Gerak Brown terjadi karena tumbukan tak
simetris antara molekul medium dengan partikel koloid.
- Koloid dapat mengadsorpsi ion
atau zat lainpada permukaannya, dan oleh karena luas permukaannya yang relatif
besar, maka koloid mempunyai daya adsorpsi yang besar.
- Adsorpsi ion-ion
oleh partikel koloid membuat partikel koloid menjadi bermuatan listrik. Muatan
koloid menyebabkan gaya tolak-menolak di antara partikel koloid, sehingga
menjadi stabil (tidak mengalami sedimentasi).
- Muatan partikel
koloid dapat ditunjukkan dengan elektroforesis, yaitu pergerakan partikel
koloid dalam medan listrik.
- Penggumpalan
partikel koloid disebut koagulasi. Koagulasi dapat terjadi karena berbagai hal,
misalnya pada penambahan elektrolit. Penambahan elekrolit akan
menetralkan muatan koloid, sehingga faktor yang menstabilkannya hilang.
- Koloid yang
medium dispersinya berupa cairan dibedakan atas koloid liofil dan koloid
liofob. Koloid liofil mempunyai interaksi yang kuat dengan mediumnya; sebaliknya,
pada koloid liofob interaksinya tersebut tidak ada.
- Koloid dapat dibuat
dengan cara dispersi atau kondensasi. Pada cara dispersi, bahan kasar
dihaluskan kemudian didispersikan ke dalam medium dispersinya. Pada cara
kondensasi, koloid dibuat dari larutan di mana atom atau molekul mengalami
agregasi (pengelompokan), sehingga menjadi partikel koloid.
B. Saran
Demikianlah
makalah ini kami buat, tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun bagi para
pembacanya sebagai kesempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini bisa
menjadi acuan untuk meningkatkan makalah-makalah selanjutnya dan bermanfaat
bagi para pembacanya dan terkhusus buat kami .
AMIN.
DAFTAR PUSTAKA
Purba, Michael.2010.Kimia Untuk SMA Kelas XI.Jakarta:
ERLANGGA
Parning, dkk. 2006. Kimia SMA Kelas XI Semester Kedua.
Jakarta: Yudhistira. Suharsini, Maria. 2005. Kimia dan Kecakapan Hidup.
Jakarta: Ganesa Exact.
No comments:
Post a Comment