Posting : junetfhoto.blogspot.com
MAKALAH
KERAJAAN-KERAJAAN
HINDU-BUDHA DI INDONESIA
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
AKHMAD RIDHA ARI
AL-HAFIDI
ANDI PERMANA AGUNG
ANDRIANI
ARSIL AINUN RAHMAN
EVI ANDANI
MUTMAINNAH
SMA NEGERI 14
SINJAI BARAT TP. 2017/2018
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan karunia dan nikmat bagi
umat-Nya. Alhamdulilaah Makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran TIK karena terbatasnya ilmu yang dimiliki oleh
penulis maka Makalah ini jauh dari sempurna untuk itu saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan.
Tidak lupa
penulis sampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang
telah turut membantu dalam penyusunan Makalah ini. Semoga bantuan dan bimbingan
yang telh diberikan kepada kami mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Amin
Akhirnya
penulis berharap semoga Makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca.
Sinjai,
21 September 2017
Kelompok 1
Daftar Isi
Halaman
Judul ................................................................................................................
i
Kata
Pengantar .............................................................................................................. ii
Daftar Isi ......................................................................................................................... iii
Bab I
Pendahuluan
a.
Latar Belakang ......................................................................................................1
b.
Perumusan Masalah .............................................................................................
1
Bab II
Kerangka Teoritis
a.
Munculnya Agama Hindu di Indonesia
................................................................ 2
b.
Muncul dan berkembangnya agama budha..........................................................
3
Bab III Pembahasan
1. Kerajaan Kutai .............................................................................................................7
2. Kerajaan Tarumanegara...............................................................................................7
3. Kerajaan Mataram Kuno .............................................................................................8
4. Kerajaan Kediri ............................................................................................................10
5. Kerajaan Singasari .....................................................................................................
11
6. Kerajaan Majapahit ....................................................................................................12
Bab III
Penutup
a.
Kesimpulan .............................................................................................................
15
b.
Saran ........................................................................................................................15
Daftar
Pustaka ....................................................................................................................16
Pendahuluan
a. Latar Belakang
Perlu diketahui sejarah dari
agama-agama yang ada di Indonesia. Untuk itu saya membuat makalah ini, agar
kita lebih jelas dalam memahami sejarah adanya Agama Hindu-Budha.
b. Perumusan Masalah
1. Bagaimana awal mula munculnya Agama Hindu
di Indonesia?
2. Bagaimana Proses perkembangan Agama
tersebut di Indonesia?
BAB II
Kerangka Teoritis
A.
Munculnya agama Hindu di Indonesia
Perkembangan agama Hindu-Budha tidak dapat lepas dari peradaban lembah
Sungai Indus, di India. Di Indialah mulai tumbuh dan berkembang agama dan
budaya Hindu dan Budha. Agama Hindu tumbuh bersamaan dengan kedatangan bangsa
Aria (kulit putih, badan tinggi, hidung mancung) ke Mohenjodaro dan Harappa
(Peradaban Lembah Sungai Indus) melalui celah Kaiber (Kaiber Pass) pada
2000-1500 SM dan mendesak bangsa Dravida (berhidung pesek, kulit gelap) dan
bangsa Munda sebagai suku bangsa asli yang telah mendiami daerah tersebut.
Bangsa Dravida disebut juga Anasah yang berarti berhidung pesek dan Dasa yang
berarti raksasa. Bangsa Aria sendiri termasuk dalam ras Indo Jerman. Awalnya
bangsa Aria bermatapencaharian sebagai peternak kemudian setelah menetap mereka
hidup bercocok tanam. Bangsa Aria merasa ras mereka yang tertinggi sehingga
tidak mau bercampur dengan bangsa Dravida. Sehingga bangsa Dravida menyingkir
ke selatan Pegunungan Vindhya.
Orang Aria
mempunyai kepercayaan untuk memuja banyak Dewa (Polytheisme), dan kepercayaan
bangsa Aria tersebut berbaur dengan kepercayaan asli bangsa Dravida yang masih
memuja roh nenek moyang. Berkembanglah Agama Hindu yang merupakan sinkretisme
(percampuran) antara kebudayaan dan kepercayaan bangsa Aria dan bangsa Dravida.
Terjadi perpaduan antara budaya Arya dan Dravida yang disebut Kebudayaan Hindu
(Hinduisme). Istilah Hindu diperoleh dari nama daerah asal penyebaran agama
Hindu yaitu di Lembah Sungai Indus/ Sungai Shindu/ Hindustan sehingga disebut
kebudayaan Hindu yang selanjutnya menjadi agama Hindu. Daerah perkembangan
pertama agama Hindu adalah di lembah Sungai Gangga, yang disebut Aryavarta
(Negeri bangsa Arya) dan Hindustan (tanah milik bangsa Hindu).
Dalam
ajaran agama Hindu dikenal 3 dewa utama, yaitu:
Brahma
sebagai dewa pencipta segala sesuatu.
Wisnu
sebagai dewa pemelihara alam
Siwa
sebagai dewa perusak
Ketiga dewa
tersebut dikenal dengan sebutan Tri Murti. Kitab suci agama Hindu disebut Weda
(Veda) artinya pengetahuan tentang agama. Pemujaan terhadap para dewa-dewa
dipimpin oleh golongan pendeta/Brahmana. Mereka mengenal pembagian masyarakat
atas kasta-kasta tertentu, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra. Pembagian
tersebut didasarkan pada tugas/ pekerjaan mereka.
· Brahmana bertugas mengurus soal
kehidupan keagamaan, terdiri dari para pendeta. Keberadaan kasta ini ada pada
posisi paling penting dan punya peranan yang sangat besar bagi berjalannya
pemerintahan. Mereka adalah orang yang paling mengerti menegnai seluk beluk
agama Hindu, serta menjadi penasehat raja.
· Ksatria berkewajiban menjalankan
pemerintahan termasuk pertahanan Negara. Yang termasuk dalam kasta ini adalah
para bangsawan, raja dan keluarganya, para pejabat pemerintah. Kasta ini
memiliki kedudukan yang penting dalam pemerintahan, punya banyak hak tetapi
tidak memiliki kewajiban untuk membayar pajak, memberikan persembahan, dsb.
· Waisya bertugas berdagang, bertani,
dan berternak. Mereka yang tergolong dalam kasta ini adalah para pedagang besar
(saudagar),para pengusaha. Dalam golongan masyarakat biasa kasta ini cukup
memiliki peran penting.
· Sudra bertugas sebagai petani/
peternak, para pekerja/ buruh/budak. Mereka adalah para pekerja kasar. Mereka
mempunyai banyak kewajiban terutama wajib kerja tetapi keberadaannya kurang
diperhatikan.
· Di luar kasta tersebut terdapat kasta
Paria terdiri dari pengemis dan gelandangan.
Pembagian
kasta muncul sebagai upaya pemurnian terhadap keturunan bangsa Aria sehingga
dilakukan pelapisan yang bersumber pada ajaran agama. Pelapisan tersebut
dikenal dengan Caturwangsa/Caturwarna, yang berarti empat keturunan/ empat
kasta. Pembagian kasta tersebut didasarkan pada keturunan. Dalam konsep Hindu
sesorang hanya dapat terlahir sebagai Hindu bukan menjadi Hindu.
Perkawinan
antar kasta dilarang dan jika terjadi dikeluarkan dari kasta dan masuk dalam
golongan kaum Pariaseperti bangsa Dravida. Paria disebut juga Hariyan dan
merupakan mayoritas penduduk India.
B.
Muncul dan berkembangnya Agama Budha
Agama Budha tumbuh di India tepatnya bagian Timur Laut. Muncul sekitar
525 SM. Agama Budha muncul dan dikenalkan oleh Sidharta (semua harapan
dikabulkan). Agama Budha muncul disebabkan karena :
Sidharta
memandang bahwa adanya sistem kasta dalam agama Hindu dapat memecah belah
masyarakat, bahkan sistem kasta dianggap membedakan derajat dan martabat
manusia berdasarkan kelahiran. Padahal setiap manusia itu sama kedudukannya.
Itulah
fenomena yang ada di lingkungannya sementara itu satu hal yang membuat Sidharta
akhirnya berusaha untuk menentang adat dan tradisi yang ada adalah karena
beliau melihat adanya kenyataan hidup bahwa manusia akan tua, sakit, mati, dan
hidup miskin yang intinya bahwa bagi Sidharta kehidupan adalah suatu
“PENDERITAAN”. Oleh karena itu manusia harus dapat menghindarkan diri dari
penderitaan (samsara), dan demi mencari cara atau jalan untuk membebaskan diri
dari penderitaan guna mencapai kesempurnaan maka beliau meninggalkan istana
dengan segala kemewahannya melakukan meditasi tepatnya di bawah pohon Bodhi di
daerah Bodh Gaya. Dalam meditasinya tersebut akhirnya Sidharta memperoleh penerangan
agung dan saat itulah terlahir/ tercipta agama Budha. Agama Budha lahir sebagai
upaya pengolahan pemikiran dan pengolahan
diri Sidharta sehingga menemukan cara yang terbaik bagi manusia agar
dapat terbebas dari penderitaan di dunia sehingga dapat mencapai kesempuirnaan
(nirwana) dan berharap tidak akan terlahir kembali di dunia untuk merasakan
penderitaan yang sama.
Menurut
agama Budha kesempurnaan (Nirwana) dapat dicapai oleh setiap orang tanpa harus
melalui bantuan pendeta/ kaum Brahmana berbeda dengan ajaran Hindu dimana hanya
pendeta yang dapat membuat orang mencapai kesempurnaan. Sidharta Gautama
dikenal sebagai Budha atau seseorang yang telah mendapat pencerahan. Sidharta
artinya orang yang mencapai tujuan. Sidharta disebut juga Budha Gautama yang
berarti orang yang menerima bodhi. Ajaran agama Budha dibukukan dalam kitab
Tripitaka (dari bahasa Sansekerta Tri artinya tiga dan pitakaartinya
keranjang). Peristiwa kelahiran, menerima penerangan agung dan kematian
Sidharta terjadi pada tanggal yang bersamaan yaitu waktu bulan purnama pada
bulan Mei. Sehingga ketiga peristiwa tersebut dirayakan umat Budha sebagai
Triwaisak.
Dalam agama
Budha tidak dikenal adanya sistem kasta sebab sistem ini dipandang akan
membedakan masyarakat atas harkat dan martabatnya. Sehingga dalam Budha
laki-laki ataupun perempuan, miskin atupun kaya sama saja semuanya punya hak
yang sama dalam kehidupan ini.
Masuknya
Agama Hindu dan Budha ke Indonesia
Terdapat
beberapa teori mengenai siapakah yang membawa masuknya agama Hindu di Indonesia.
Teori-teori tersebut antara lain:
1. Teori Sudra (dikemukakan oleh Van Feber)
2. Teori Waisya (dikemukakan oleh NJ.Krom)
3. Teori Ksatria (dikemukakan oleh FDK
Bosch)
4. Teori Brahmana (dikemukakan oleh J.C. Van
Leur)
5. Teori Arus Balik (dikemukakan oleh M.Yamin)
Proses
masuk dan berkembangnya agama dan budaya Hindu-Budha ke Indonesia adalah
sebagai berikut.
-
Agama Budha
Agama Budha
masuk ke Indonesia dibawa oleh para pendeta didukung dengan adanya misi
Dharmadhuta, kitab suci agama Budha ditulis dalam bahasa rakyat sehari-hari,
serta dalam agama Budha tidak mengenal sistem kasta. Para pendeta Budha masuk
ke Indonesia melalui 2 jalur lalu lintas pelayaran dan perdagangan, yaitu
melalui jalan daratan dan lautan. Jalan darat ditempuh lewat Tibet lalu masuk
ke Cina bagian Barat disebut Jalur Sutra, sedangkan jika menempuh jalur laut,
persebaran agama Budha sampai ke Cina melalui Asia Tenggara. Selanjutnya sampai
ke Indonesia mereka akhirnya bertemu dengan raja dan keluarganya serta mulai
mengajarkan ajaran agama Budha, pada akhirnya terbentuk jemaat kaum Budha. Bagi
mereka yang telah mengetahui ajaran dari pendeta India tersebut pasti ingin
melihat tanah tempat asal agama tersebut secara langsung yaitu India sehingga
mereka pergi ke India dan sekembalinya ke Indonesia mereka membawa banyak hal
baru untuk selanjutnya disampaikan pada bangsa Indonesia. Unsur India tersebut
tidak secara mentah disebarkan tetapi
telah mengalami proses penggolahan dan penyesuaian. Sehingga ajaran dan
budaya Budha yang berkembang di Indonesia berbeda dengan di India.
-
Agama Hindu
Para
pendeta Hindu memiliki misi untuk menyebarkan agama Hindu dan melalui jalur
perdagangan akhirnya sampai di Indonesia. Selanjutnya mereka akan menemui
penguasa lokal (kepala suku). Jika penguasa lokal tersebut tertarik dengan
ajaran Hindu maka para pendeta bisa langsung mengajarkan dan menyebarkannya.
Dalam ajaran agama Hindu konsepnya adalah seseorang terlahir sebagai Hindu
bukan menjadi Hindu maka untuk menerima ajaran agama Hindu orang Indonesia
harus di-Hindu-kan melalui upacara Vratyastoma dengan pertimbangan kedudukan
sosial/ derajat yang bersangkutan (memberi kasta). Hubungan India-Indonesia
berlanjut dengan adanya upaya para kepala suku/ raja lokal untuk menyekolahkan
anaknya/ utusan khusus ke India guna belajar budaya India lebih dalam lagi.
Setelah kembali ke tanah air mereka kemudian menyebarkan kebudayaan India yang
sudah tinggi. Bahkan tak jarang mereka mendatangkan para Brahmana India untuk
melakukan upacara bagi para penguasa di Indonesia, seperti upacara Abhiseka,
merupakan upacara untuk mentahbiskan seseorang menjadi raja. Jika di suatu
wilayah rajanya beragama Hindu maka akan memperkuat proses penyebaran agama
Hindu bagi rakyat di daerah tersebut. Berikut kerajaan-kerajaan hindu yang
pernah berdiri di Indonesia.
BAB III
Pembahasan
1.
Kerajaan Kutai
Kerajaan
Kutai dengan nama asli Kutai Martadipura merupakan kerajaan hindu tertua di
Indonesia, dengan aliran agama hindu-siwa. Letaknya di Muara Kaman tepatnya
pada hulu sungai Mahakam, Kalimantan Timur.
Keberadaan
kerajaan ini ditandai dengan adanya 7 buah prasasti, yang dinamai prasasti
yupa. Dengan palawa sebagai hurufnya,dan sansekerta sebagai bahasanya.
Pendirinya adalah Raja Kudungga. Setelah Raja Kudungga wafat, kerajaan diambil
alih oleh putranya, Raja Aswawarman. Dan setelah Raja Aswawarman wafat,
kerajaan diambil alih oleh putra Raja Aswawarman, yaitu Raja Mulawarman.
Pada sebuah
prasasti Yupa abad ke-4, dikisahkan bahwa Raja Mulawarman telah menyumbangkan
20.00 ekor sapi kepada para brahmana. Kisah ini menceritakan betapa dermawannya
seorang Raja Mulawarman, oleh karena itu, dari sekian banyak raja yang memimpin
kerajaan Kutai, Raja Mulawarman lah yang paling terkenal.
Keruntuhan
kerajaan Kutai Martadipura disebabkan oleh tewasnya raja terakhir Kutai
Martadipura yang kalah memperebutan kekuasaan dari kerajaan Kutai Kartanegara
di bawah pimpinan Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Awalnya Kutai Kartanegara
merupakan bagian dari kerajaan Kutai Martadipura, namun karena perbedaan
kepercayaan, di mana Kutai Kartanegara menganut kepercayaan agama islam,
akhirnya perebutan kekuasaan pun terjadi dan berakhir dengan Kutai Kartanegara
sebagai pemenang.
2.
Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan
dengan nama asli Tarumanagara ini terletak di daerah Bekasi, Jawa Barat bagian
utara. Raja yang paling terkenal adalah raja yang ke-3, yaitu Raja Purnawarman.
Keberadaan kerajaan hindu dengan aliran hindu wisnu ini diketahui dengan
ditemukannya beberapa prasasti yang menceritakan tentang
keberhasilan-keberhasilan kerajaan. Prasasti-prasasti tersebut antara lain:
Prasasti
Kebon Kopi, ditemukan di kebon kopi milik Jonathan Reck
Prasasti
Tugu, ditemukan di daerah Bekasi, menceritakan tentang penggalian Sungai Gomati
oleh kerajaan Tarumanagara
Prasasti
Cidanghiang, ditemukan di daerah Pandeglang
Prasasti
Ciaruteun, ditemukan di aliran Sungai Ciampea, menggambarkan betapa perkasanya
seorang raja Purnawarman dengan telapak kaki besarnya yang terukir di prasasti
tersebut
Prasasti Muara
Cianten, ditemukan di daerah Ciampea
Prasasti
Jambu, ditemukan di daerah Nanggung, Bogor
Prasasti
Pasir Awi, ditemukan di daerah Cieteureun
Selain ditemukannya
peninggalan-peninggalan berupa prasasti, ternyata ditemukan pula peninggalan berupa
candi yang dikenal dengan sebutan Candi Jiwa, letaknya di daerah Karawang.
Selain
peninggalan sejarah berupa prasasti dan candi, terdapat pula sumber-sumber
sejarah lain mengenai kerajaan ini seperti:
Fa hien,
pada kitab Fa Kao Chi dari China
Dinasti
Sui, tahun 528 dan 535 Masehi
Dinasti
Tang, tahun 666 dan 669 Masehi
Naskah
wangsakerta yang menceritakan tentang pendirian kerajaan Tarumanegara
Akhir dari kerajaan ini disebabkan
oleh keinginan Tarusbawa untuk membawa kerajaan Tarumanagara kembali ke
kerajaan Sunda, namun salah satu saudara Tarusbawa yang bernama Galuh tidak
setuju jika kerajaan Taruma kembali ke kerajaan Sunda, akhirnya Galuh pergi
dari kerajaan Taruma, dan kembali datang untuk merebutnya kekuasaan kerajaan
Sunda yang awalnya adalah kekuasaan Kerajaan Tarumanagara, akhirnya kerajaan
itu pun diubah menjadi Kerajaan Sunda Galuh.
3.
Mataram Kuno
Menurut
Teori Van Bammalen, letak kerajaan ini berpindah-pindah, hal ini disebabkan oleh 2 alasan, yaitu karena adanya
bencana alam letusan Gunung Merapi, dan karena adanya peperangan dalam
perebutan kekuasaan. Awalnya, pada abad ke-8 kerajaan ini terletak di daerah
Jawa Tengah, kemudian setelah Gunung Merapi meletus pada abad ke-10, kerajaan
ini dipindahkan ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok.
Agama di
kerajaan ini pun terbagi menjadi 2, yaitu hindu pada Dinasti Sanjaya dan budha
pada Dinasti Syailendra. Kerajaan Mataram Kuno didirikan oleh Raja Sanna. Raja
Sanna kemudian digantikan oleh keponakannya, Raja Sanjaya. Setelah Raja Sanjaya
meninggal, Kerajaan Mataram Kuno diperintah oleh putranya yang bernama Rakai
Panangkaran. Raja Mataram Kuno setelah Rakai Panangkaran adalah Rakai Warak,
kemudian Rakai Warak digantikan oleh
Rakai Garung (Samaratungga). Di tengah-tengah pemerintahan kerajaan
Mataram Kuno, Datanglah keinginan Rakai Pikatan untuk menjadi penguasa tunggal
sebagai Dinasti Sanjaya. Persaingan antara Dinasti Sanjaya yang dipimpin Rakai
Pikatan dengan Dinasti Syailendra yang dipimpin Raja Samaratungga, membuat
cita-cita Rakai Pikatan untuk menjadi penguasa tunggal di Pulau Jawa terhalang.
Terjadi pertikaian antar kedua dinasti. Akhirnya pada abad ke-9 terjadi
penggabungan kedua dinasti melalui pernikahan politik antara Rakai Pikatan dari
Dinasti Sanjaya dengan Pramodawardhani dari Dinasti Syailendra. Namun,
pernikahan antara Rakai Pikatan dengan Pramodawardhani ternyata tidak
membuahkan kedamaian, malah justru membuat pertikaian antara Dinasti Sanjaya
dengan Dinasti Syailendra semakin sengit. Akhirnya, Rakai Pikatan sebagai
Dinasti Sanjaya berhasil menguasai kerajaan sedangkan Pramodawardhani bersama
anaknya, Balaputradewa melarikan diri ke Palembang, Sumatra Selatan untuk
kemudian mereka menjalankan sebuah kerajaan bernama Kerajaan Sriwijaya.
Berdasarkan Prasasti Balitung, setelah Rakai Pikatan wafat, kerajaan Mataram
Kuno diperintah oleh Rakai Kayuwangi dibantu oleh sebuah dewan penasehat yang
juga jadi pelaksana pemerintahan. Dewan yang terdiri atas lima patih ini di
antaranya adalah:
Ratu, Datu,
Sri Maharaja
Rakryan
Mahamantri I Hino
Mahamantri
Halu & Mahamantri I Sirikan
Mahamantri
Wko & Mahamantri Bawang
Rakryan
Kanuruhan
Raja
Mataram selanjutnya adalah Rakai Watuhumalang, kemudian dilanjutkan oleh Dyah
Balitung yang bergelar Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung Dharmodaya Maha
Dambhu sebagai Raja Mataram Kuno yang sngat terkenal. Raja Balitung berhasil
menyatukan kembali Kerajaan Mataram Kuno dari ancaman perpecahan. Di masa
pemerintahannya, Raja Balitung menyempurnakan struktur pemerintahan dengan
menambah susunan hierarki. Bawahan Raja Mataram terdiri atas tiga pejabat
penting, yaitu Rakryan I Hino sebagai tangan kanan raja yang didampingi oleh
dua pejabat lainnya. Rakryan I Halu,dan Rakryan I Sirikan. Selain struktur
pemerintahan baru, Raja Balitung juga menulis Prasasti Balitung. Prasasti yang
juga dikenal sebagai Prasasti Mantyasih ini adalah prasasti pertama di Kerajaan
Mataram Kuno yang memuat silsilah pemerintahan Dinasti Sanjaya di Kerajaan
Mataram Kuno. Kerajaan Mataram Kuno masih mengalami pemerintahan tiga raja sebelum
akhirnya pusat kerajaan pindah ke Jawa Timur. Mpu Daksa, yang pada masa
pemerintahan Raja Balitung menjabat Rakryan i Hino,melakukan kudeta karena
merasa bahwa ia adalah keturunan asli Dinasti Sanjaya, kemudian Mpu Daksa
digantikan oleh menantunya, Sri Maharaja Tulodhong.
Kerajaan
Mataram Kuno berakhir dengan sebuah peristiwa yang disebut Peristiwa
Mahapralaya. Saat itu, Raja Teguh Dharmawangsa sedang menikahkan putrinya,
dengan Raden Wijaya. Di tengah-tengah pesta, datang pasukan kerajaan Sriwijaya
dengan kerajaan kecil sekutunya, Kerajaan Wurawari. Raja Teguh Dharmawangsa
tewas, sedangkan putrinya yang sedang menikah lolos dan berhasil melarikan diri
ke Madura bersama suaminya, Raden Wijaya.
4.
Kerajaan Kediri
Berdirinya
Kerajaan Kediri berawal ketika Kerajaan Sriwijaya dengan Kerajaan kecil
Wurawari berhasil meruntuhkan kerajaan Mataram Kuno lewat Peristiwa
Mahapralaya. Kekuasaan Kerajaaan Mataram Kuno diambil alih, dan nama Mataram
diubah menjadi Kediri. Kerajaan Kediri merupakan kerajaan turunan Ajiwuwari.
Raja pertamanya adalah Raja Sri Jayawarsha. Kemudian dilanjutkan oleh Raja
Bameswara. Dalam kitab Kakawin Smaradahana, karangan Mpu Dharmaja, diceritakan bahwa Raja Bameswara adalah
keturunan pendiri Dinasti Isyana. Kemudian Raja Bameswara digantikan oleh
mertuanya, Jayabhaya. Pada masa pemerintahan Jayabhaya, terjadi perang saudara
ini diabadikan dalam bentuk Kakawin Bharatayuddha yang ditulis oleh Mpu Sedah
dan Mpu Punuluh. Jayabhaya berhasil memenangkan perang saudara tersebut
sehingga wilayah Kediri berhasil disatukan lagi dengan wilayah Jenggala.
Peristiwa kemenangan ini diabadikan dalam Prasasti Ngantang. Kemudian Raja
Jayabhaya digantikan oleh Raja Sarweswara dari Aryyeswara. Kemudian digantikan
lagi oleh Raja Gandra. Pada masa pemerintahannya, Gandra menyempurnakan
struktur pemerintahan yang diwariskan Kerajaan Mataram Kuno. Setelah Raja
Gandra, Kerajaan Kediri dipimpin oleh Raja Kameshwara. Pemerintahan Kameshwara
ditandai dengan pesatnya hasil karya sastra Jawa. Pada masa pemerintahannya,
cerita-cerita panji atau kepehlawanan banyak dihasilkan. Raja kerajaan Kediri
berikutnya adalah Kertajaya atau Srengga. Pada masa pemerintahannya, Kediri
mulai mengalami masalah dan ketidakstabilan. Hal ini karena Kertajaya berusaha
membatasi dan mengurangi hak istimewa para kaum Brahmana, kemudian di daerah
Tumapel (sekarang Malang) muncul kekuatan baru di bawah pimpinan Ken Arok.
Perlahan-lahan, terjadi arus pelarian para Brahmana dari wilayah Kediri menuju
Tumampel. Kertajaya menyikapi arus pelarian ini dengan mengerahkan tentara
Kerajaan Kediri untuk menyerbu Tumapel. Perang antara pasukan Kertajaya dan Ken
Arok terjadi di Ganter. Pasukan Ken Arok berhasil menghancurkan kekuasaan
pasukan Kertajaya. Atas kekalahan ini, Kerajaan Kediri memang seolah-olah telah
runtuh, namun ternyata, secara perlahan kerajaan Kediri masih berdiri dibawah
pimpinan Raja Jayakatwang, meskipun keberadaan mereka di bawah kekuasaan
Kerajaan Singasari.
5.
Kerajaan Singasari
Berdirinya
Kerajaan Singasari, saling berkaitan erat dengan Kerajaan Kediri dan Majapahit.
Ketika Ken Arok menjabat sebagai prajurit di Tumapel, di Kerajaan Kediri sedang
berlangsung perselisihan antara Raja Kertajaya dengan para Brahmana. Para
Brahmana tersebut melarikan diri ke Tumapel karena merasa lebih nyaman berada
di Tumapel, akhirnya terjadilah pertempuran antara Kerajaan Kediri dengan
paukan akuwu Tumapel. Dalam pertempuran di Ganter, Kerajaan Kediri mengalami
kekalahan dan Raja Kertajaya meninggal. Kemudian, Ken Arok menyatukan sebagian
wilayah Kerajaan Kediri dengan Tumapel, dan mendirikan Kerajaan Singasari,
dengan Tunggul Ametung sebagai rajanya. Ken Arok bergelar Sri Rangga Rajasa
(Rajasawangsa) atau Girindrawangsa di Jawa Timur. Istri pertamanya bernama Ken
Umang, Ken Arok mempunyai empat orang anak, yaitu Panji Tohjaya, Panji Sudhatu,
Panji Wregola, dan Dewi Rambi. Awalnya, Ken Arok hanyalah seorang anak desa
yang dilahirkan oleh seorang Ibu bernama Ken Nduk. Ia dididik oleh para
penjahat di lingkungan sekitarnya hingga dewasa, sehingga ia tumbuh dan berkembang
menjadi seorang penjahat yang suka mabuk, mencuri, dan membunuh. Pada perjalan
hidupnya, ia bekerja sebagai seorang prajurit di daerah Tumapel, dan tertarik
pada Ken Dedes, istri komandan Tunggul Ametung. Timbul keinginan Ken Arok untuk
memperistri Ken Dedes. Singkat cerita, Ken Arok berhasil membunuh Tunggul
Ametung dengan keris yang dibuat Mpu Gandring, kemudian ia pun segera
memperistri Ken Dedes. Setelah sekian lama, Ken Dedes akhirnya menceritakan
peristiwa pebunuhan suaminya tersebut kepada anaknya dari Tunggu Ametung,
Anusapati. Anusapati marah, dan berniat balas dendam, akhirnya Anusapati
berhasil membunuh Ken Arok dengan keris buatan Mpu Gandring yang telah
digunakan Ken Arok untuk membunuh ayah kandungnya. Panji Tohjaya, anak kandung
Ken Arok dengan Ken Umang mengetahui peristiwa pembunuhan ayahnya yang
dilakukan Tohjaya. Akhirnya dengan keris yang sama, Tohjaya berhasil membunuh
Anusapati. Ranggawuni, yang merupakan saudara dari Anusapati, mengetahui
pembunuhan yang dilakukan Tohjaya, akhirnya dengan keris yang sama, Ranggawuni
membunuh Tohjaya.Setelah kejadian bunuh membunuh berantai ini, akhirnya naik
tahta lah Raja Kertanegara sebagai raja yang terkenal dan terbesar dari
kerajaan Singasari. Ia mempunyai semangat Ekspansionis. Kertanegara bercita-cita
memperluas Kerajaan Singasari hingga keluar Pulau Jawa yang disebut dengan
istilah Cakrawala Mandala. Pada tahun 1275, ia mengirim pasukan ke Sumatra
untuk menguasai Kerajaan Melayu yang disebut sebagai Ekspedisi Pamalayu. Dalam
ekspedisi tersebut, Kerajaan Melayu berhasil di taklukan. Peristiwa ini
diabadikan pada alas patung Amoghapasha di Padangroco (Sungai Langsat).
Seorang
utusan Cina bernama Meng K’i pulang ke Cina, dan menceritakan pada kaisar
Kubilai Khan bahwa Kerajaan Melayu yang awalnya menjadi incarannya telah
dikuasai dan ditaklukan oleh Kerajaan Singasari. Kaisar Kubilai Khan begitu
marah, ia segera mengirim pasukan untuk menyerang Kerajaan Singasari. Mendengar
wilayah kekuasaannya di bagian Sumatra akan diserang, pasukan-pasukan Kerajaan
Singasari segera dikirim ke Sumatra untuk menghadapi serangan pasukan Cina.
Sementara itu, Raja Jayakatwang dari Kerajaan Kediri (kerajaan yang pernah
dikalahkan Kerajaan Singasari) melihat kesempatan baik untuk merebut kembali
kekuasaan selagi pasukan-pasukan Kerajaan Singasari dikirim ke Sumatra. Pada
tahun 1292, Raja Jayakatwang dengan pasukan Kerajaan Kediri langsung menyerang
Ibu kota Kerajaan Singasari.
Menurut
cerita, pada saat serangan musuh datang, Raja Kertanegara beserta para pejabat
dan pendeta sedang melakukan upacara Tantrayana, sehingga dapat dengan mudah
mereka semua dibunuh oleh musuh. Kerajaan Singasari akhirnya berhasil direbut
kembali oleh Jayakatwang, Raja dari Kerajaan Kediri.
6.
Kerajaan Majapahit
Kerajaan
Majapahit merupakan kerajaan hindu terakhir dan terbesar di Indonesia. Letaknya
di Pulau Jawa. Pendirinya adalah Raden Wijaya, menantu dari Raja Teguh
Dharmawangsa (Kerajaan Mataram Kuno) yang sempat melarikan diri ke Madura
bersama istrinya saat terjadi Peristiwa Mahapralaya.
Kerajaan
Majapahit, awalnya hanyalah sebuah desa kecil bernama Desa Tarik.Desa itu
merupakan pemberian dari Raja Jayakatwang dari Kediri atas kembalinya menantu
Raja Teguh Dharmawangsa (Raden Wijaya) dari Kerajaan Mataram Kuno yang telah
lama dikuasai Kerajaan Kediri. Raden Wijaya telah dimaafkan dan dipercaya tidak
bersalah atas kesalahan generasi atasnya.
Singkat
cerita, pada tahun 1292, armada Cina yang terdiri dari 1.000 buah kapal dengan
20.000 orang prajurit tiba di Tuban, Jawa Timur dengan tujuan untuk menyerang
Raja Kertanegara yang telah merebut Kerajaan Melayu dan menyatakan tidak mau
tunduk pada Kaisar Kubilai Khan. Mereka tidak tau bahwa Raja Kertanegara
beserta Kerajaan Singasari itu telah meninggal dan hancur dikalahkan oleh Raja
Jayakatwang dari Kediri.
Mengetahui
rencana penyerangan dari Cina ini, Raden Wijaya mengambil kesempatan untuk
merebut kembali Kerajaan Singasari. Ia menggabungkan diri dengan pasukan cina
dan menyerang Raja Jayakatwang di Kediri. Kerajaan Kediri tidak mampu menghadapi
serangan, sehingga Raja Jayakatwang berhasil dikalahkan. Kemenangan itu membuat
pasukan Cina bergembira dan berpesta pora. Mereka tidak menyangka ketika sedang
berpesta pora, pasukan Majapahit balik menyerang mereka. Akhirnya pasukan
armada Cina kalah, dan mereka segera kembali ketanah airnya. Sejak saat itu
Kerajaan Majaphit mulai berkuasa. Pada tahun 1295, berturut-turut pecah
pembrontakan yang dipimpin oleh Rangga lawe dan disusul oleh Saro serta Nambi.
Pembrontakan-pembrontakan itu bisa dipadamkan. Raden Wijaya wafat pada tahun
1309 dan mendapat penghormatan di dua tempat, yaitu Candi Simping (Sumberjati)
dan Candi Artahpura.
Setelah
Raden Wijaya wafat, putera permaisuri Tribuwaneswari yang bernama Jayanegara
menggantikannya sebagai Raja Majapahit. Pada awal pemerintahannya Jayanegara
harus menghadapi sisa pemberontakan yang meletus dimasa ayahnya masih hidup.
Selain pembrontakan Kuti dan Sumi, Raja Jayanegara diselamatkan oleh pasukan
pengawal (Bhayangkari) yang dipimpin oleh Gajah Mada ia kemudian diungsikan ke
Desa Bedager. Raja Jayanegara wafat tahun1328 karena dibunuh oleh salah seorang
anggota dharmaoutra yang bernama Tanca. Oleh karena ia tidak mempunyai putra ia
kemudian digantikan oleh adik perempuannya Bhre Kahuripan yang bergelar
Tribuanatunggadewi Jayawishnuwardhani. Suaminya bernama Cakradhara yang
berkuasa di Singasari dengan gelar Kertawerdhana.
Dari kitab
Negarakertagama, digambarkan adanya beberapa pemberontakan di masa pemerintahan
Ratu Tribuanatunggadewi. Pembrontakan yang paling berbahaya adalah
pemberontakan di Sadeng dan Keta pada tahun 1331. Namun pemberontakan itu dapat
dipadamkan oleh Gajah Mada. Setelah itu Gajah Mada bersumpah di hadapan Raja
dan para pembesar kerajaan bahwa ia tidak akan amukti palapa (memakan buah
palapa), sebelum ia dapat menundukan seluruh Nusantara di bawah naungan
Majapahit. Pada tahun 1334, lahirlah putra mahkota Kerajaan Majapahit yang
diberi nama Hayam Wuruk. Pada tahun 1350, Ratu Tribuanatunggadewi mengundurkan
diri setelah berkuasa 22 tahun. Ia wafat pada tahun 1372. Pada tahun 1350,
Hayam Wuruk dinobatkan sebagai raja Majapahit dan bergelar Sri Rajasanagara dan
Gajah Mada diangkat sebagai Patih Hamangkubumi. Dibawah pemerintahan Hayam
Wuruk dan Gajah Mada, Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya. Kerajaan
Majapahit menguasai wilayah yang sangat luas. Hampir seluruh wilayah Nusantara
tunduk pada Majapahit, namun ada satu kerajaan kecil yang belum berhasil
dikuasai kerajaan Majapahit, yaitu Kerajaan Sunda Galuh. Raja Hayam Wuruk
bersama Patih Gajah Mada berusaha untuk menaklukan kerajaan tersebut, namun
ketika itu Raja Hayam Wuruk terlanjur jatuh cinta pada putri dari Kerajaan
Sunda Galuh yang bernama Dyah Pitaloka. Raja Hayam Wuruk bermaksud untuk
menikahi Dyah Pitaloka. Ia mengundang keluarga besar Kerajaan Sunda Galuh
datang ke Kerajaan Majapahit untuk menikah dengan Dyah Pitaloka. Ketika
keluarga besar dari kerajaan Sunda Galuh tiba di Kerajaan Majapahit, terjadi
kesalahpahaman. Patih Gajah Mada mengira bahwa keluarga besar Kerajaan Sunda
Galuh ingin menyerang Kerajaan Majapahit, akhirnya Patih Gajah Mada segera
mengeluarkan pasukan dan membunuh semua anggota keluarga Kerajaan Sunda Galuh.
Hanya Dyah Pitaloka yang tidak dibunuh. Melihat seluruh keluarganya tewas, Dyah
Pitaloka pun akhirnya melakukan belapati (bunuh diri) pada dirinya sendiri.
Raja Hayam wuruk yang mengetahui peristiwa kesalah pahaman tersebut menjadi
marah, terlebih ketika melihat calon istrinya mati karena bunuh diri atas
kesalah pahaman patihnya. Akhirnya, Raja Hayam Wuruk pun sakit, dan meninggal
karena sakit hati. Sejak kematian Raja Hayam Wuruk, maka Kerajaan Majapahit
mencapai masa kemunduran, perlahan-lahan kekuasaan Majapahit pun runtuh. Pada
salah satu versi cerita, dikisahkan Sang Patih, Gajah Mada pergi ke sebuah
gunung untuk berdiam diri dan menjadi pertapa karena merasa bersalah pada
rajanya.
BAB IV
Penutup
A.
Kesimpulan
Agama
hindu-budha datang ke Indonesia melalui para pedagang yang hendak pergi ke
China. Para pedagang tersebut singgah cukup lama di Indonesia untuk menunggu
angin ke arah utara
Selama
mereka singgah di Indonesia mereka mengajarka agama Hindu
Lama
kelamaan munculah berbagai kerajaan Hindu di Indonesia, seperti Kerajaan Kutai,
Tarumanagara, Mataram Kuno, Kediri, Singasari, dan Majapahit.
Kerajaan
Kutai, adalah kerajaan Hindu pertama di Indonesia yang letaknya di Kalimantan
Timur dengan Raja Kudungga sebagai pendirinya, dan Raja Mulawarman sebagai Raja
yang paling terkenalnya. Peninggalannya berupa Prasasti Yupa
Kerajaan
Tarumanegara, adalah kerajaan hindu yang terletak di Bekasi dengan Raja
Purnawarman sebagai rajanya yang paling terkenal. Prasasti yang paling
terkenalnya adalah Prasasti Ciaruteun dengan terukirnya telapak kaki Raja
Purnawarman yang begitu besar
Kerajaan
Mataram Kuno, adalah kerajaan yang letaknya di Jawa Tengah dan sempat
dipindahkan ke Jawa Timur, alasan perpindahannya telah dijelaskan pada Teori
Van Bamellen. Pernah terjadi pertikaian antara Dinasti Sanjaya (Samaratungga)
dengan Dinasti Syailendra (Pramodhawardani) yang akhirnya membuat
Pramodhawardani melarikan diri ke Sumatra. Terdapat peristiwa bersejarah yang
disebut Peristiwa Mahapralaya di mana Kerajaan ini hancur diserang Kerajaan
Sriwijaya dengan Kerajaan Wurawari ketika sedang diadakan pesta pernikahan
Dengan berakhirnya
kekuasaan Majapahit, maka berakhir pula kekuasaan kerajaan hindu di Indonesia.
Maka mulai bermunculanlah Kerajaan Islam
B.
Saran
Kita harus
menjaga kelestarian dan budaya-budaya yang ditinggalkan agama Hindu-Budha.
Daftar Pustaka
mustaqimzone.wordpress.com/2011/07/20/perkembangan-kerajaan-hindu-budha-di-indonesia/
www.junetfhoto.blogspot.com/kerajaan hindu budha
No comments:
Post a Comment