MAKALAH SEJARAH
PERGERAKAN ORGANISASI INDONESIA
DI SUSUN OLEH :
SMA NEGERI 14 SINJAI TA.2018/2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji
syukur penulis ucapkan tidak putus-putusnya kepada Allah swt., karena berkat
rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini
merupakan salah satu tugas Sejarah wajib yang berjudul: Pergerakan Organisasi Indonesia.
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan
organisasi pergerakan nasional dan dapat dijadikan referensi pembuatan makalah
dalam bidang yang sama. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu maupun memberikan dukungan baik materi
maupun moral dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari
bahwa dalam Makalah ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan sehingga jauh
dari kata sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan penyusunan makalah ini.
Semoga Makalah ini
dapat bermanfaat dan menjadi sumber informasi dan inspirasi bagi semua pihak,
terutama bagi generasi muda. Aamiin.
Sinjai 22 Februari
2018
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………………………….………ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………………………………………iii
BAB I PEMBAHASAN
A. PERGERAKAN ORGANISASI
INDONESIA……………………………………………………………………….……………1
1. Indische PArtij………………………………………………………………………………………………………………..………….1
2. Partai Komunis Indonesia
( PKI )…………………………………………………………………………………….…………2
3. Partai Nasional Indonesia ( PNI )……………………………………………………………………………………………….3
4. Partai Indonesia (
Partindo )………………………………………………………………………………….……………………4
5. Pendidikan Nasional
Indonesia ( PNI Pendidikan )………………………………………………………….………….4
6. Partai Indonesia Raya (
PARINRA )………………………………………………………………………………………………5
7. Muhammadiyah…………………………………………………………………………………………………………………….……5
8. Pergerakan Taman Siswa…………………………………………………………………………………………………..……….6
9. Pergerakan Pemuda dan
Kongres Pemuda……………………………………………………………………….………….7
10. Pergerakan
Wanita………………………………………………………………………………………………………………….……7
B. GAGASAN PERSATUAN DAN
KESATUAN BANGSA…………………………………………………………………………8
BAB II PENUTUP
A. Penutup …………………………………………………………………………………………………………………..…………………13
B. Saran ……………………………………………………………………………………………………………………………..………….13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………………………………..…….14
BAB I
PEMBAHASAN
A.
PERGERAKAN ORGANISASI INDONESIA
1.
. Indische
Partij
Douwes
Dekker, Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat adalah tiga tokoh pendiri
Indische Partij (1912). Semboyan partai itu adalah Hindia for Hindia, yang
berarti Indonesia hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang menetap dan
bertempat tinggal di Indonesia tanpa terkecuali dan tanpa memandang apapun
jenis bangsanya. Hindia adalah sebutan untuk Indonesia waktu itu.Tujuan partai
itu adalah untuk mempersiapkan kehidupan bangsa Indonesia yang merdeka.
Anggotanya terbuka bagi seluruh masyarakat yang bertempat tinggal di seluruh
wilayah Indonesia. Namun pada kenyataan-nya, yang mula-mula menjadi anggota
partai ini adalah orang-orang Indo Eropa. Oleh karena itu, partai ini tidak
dapat berkembang menjadi partai massa. Hal itu disebabkan oleh stelsel kolonial
masih menjadi penghalang dalam proses interaksi ataupun pergaulan dengan
orang-orang asing di Indonesia.Indische Partij telah menunjukkan garis
politiknya secara jelas dan tegas serta menginginkan suatu kesatuan penduduk
yang multirasial. Tujuan partai ini benar-benar revolusioner, karena ingin
mendobrak kenyataan politik rasial yang dilakukan oleh pemerintah kolonial
Belanda di Indonesia. Tindakan itu terlihat nyata ketika pada tahun 1913
pemerintah kolonial Belanda akan mengadakan upacara peringatan 100 tahun
bebasnya negeri Belanda dari jajahan Perancis (Napoleon Bonaparte), dengan cara
memungut dana dari rakyat Indonesia. Tindakan itu membakar kemarahan tokoh
bangsa Indonesia seperti Suwardi Suryaningrat, Cipto Mangunkusumo, Douwes
Dekker. Mereka ingin menggagalkan niat Belanda dengan menyebarkan brosur yang
berjudul A/s ik een Nederlander was (Andaikan aku seorang Belanda). Isi brosur
itu di antaranya sebagai berikut.
".....
Seandainya aku seorang Belanda, aku protes peringatan yang akan diadakan itu.
Aku akan peringatkan kawan-kawan penjajah bahwa sesungguhnya sangat berbahaya
pada saat itu mengadakan perayaan peringatan kemerdekaan. Aku akan peringatkan
semua bangsa Belanda, jangan menyinggung peradaban bangsa Indonesia yang baru
bangun dan menjadi berani. Sungguh aku akan protes sekeras-kerasnya ....."
Kecaman yang
semakin keras menentang pemerintah kolonial Belanda, menyebabkan ketiga tokoh
Indische Partij ditangkap. Pada tahun 1913 mereka diasingkan ke negeri Belanda.
Namun pada tahun 1914, Cipto Mangunkusumo dikembalikan ke Indonesia karena
sakit, sedangkan Suwardi Suryaningrat dan Douwes Dekker baru dikembalikan ke
Indonesia pada tahun 1919.
Douwes Dekker
tetap terjun ke dunia politik dan Suwardi Suryaningrat terjun ke dunia
pendidikan dan selanjutnya mendirikan perguruan yang diberi nama Taman Siswa.
Suwardi Suryaningrat kemudian dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara. Walaupun
Indische Partij tidak dapat melawan kehendak Belanda, namun perjuangan mereka
tetap punyai arti yang sangat besar dalam pergerakan kebangsaan Indonesia untuk
mencapai kemerdekaan
2.
. Partai
Komunis Indonesia (PKI)
Pada
abad ke-20 datang beberapa pegawai bangsa Belanda yang berhaluan komunis di
Indonesia. Salah satu di antaranya adalah Sneevliet. Di samping sebagai
pegawai, Sneevliet juga aktif menyebarkan paham komunis. Sneevliet menyadari
bahwa usahanya untuk mendapatkan dukungan rakyat Indonesia melalui organisasi
yang akan didirikannya itu tidak mungkin berhasil. Oleh karena itulah ia
menjalin hubungan dengan Semaun yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua
Sarekat Islam cabang Semarang.Pada tahun 1914 Sneevliet men-dirikan organisasi
yang bercorak Marxis dengan nama Indische Social Demokratische Vereeniging (ISDV)
yang berpusat di Semarang. Bersama dengan Semaun, Sneevliet berhasil
mengembangkan ISDV yang berpaham Marxis dan mempenga-ruhi
anggota-anggota dari Sarekat Islam. Hal mi pula yang menyebab-kan Sarekat Islam
pecah menjadi dua, yaitu Sarekat Islam Putih dengan pemimpinnya HOS
Cokroaminoto dan Sarekat Islam Merah dengan pemimpinnya Semaun.Pada tahun 1920
Sarekat Islam Merah bergabung dengan ISDV dan membentuk Partai Komunis Indonesia
(PKI). Partai ini diketuai oleh Semaun dan wakilnya Darsono. Akan tetapi
beberapa tokoh bangsa Belanda yang tidak menyetujui pembentukkan PKI akhirnya
memisahkan diri dan kemudian membentuk Indische Social Demokratische Party
(ISDP) dengan F. Bahler sebagai ketuanya.Hubungan PKI dengan pemerintah
kolonial Belanda semakin renggang bahkan semakin memburuk. Hal ini sebagai
akibat timbulnya pemogokan-pemogokan yang mengarah kepada masalah timbulnya
konflik antara pemerintah kolonial Belanda dengan PKI.
Kemudian pada
tahun 1926 PKI melakukan pemberontakan di wilayah Jawa Barat (sekitar daerah
Banten) dan pada tahun 1927 di Sumatera Barat. Dengan kegagalan pemberontakan
PKI tersebut, maka pada tahun 1927 pemerintah kolonial Belanda menyatakan PKI
sebagai partai terlarang berdiri di wilayah Indonesia.
Setelah
pemberontakan itu gagal, Musso, Alimin dan tokoh-tokoh PKI lainnya melarikan
diri ke luar negeri. Pemimpin PKI yang tidak setuju melakukan pemberontakan
lari ke Thailand dan kemudian mendirikan partai baru yang bernama Partai
Republik Indonesia (PARI) yang berpusat di Bangkok (1927)
3.
Partai
Nasional Indonesia (PNI)
Ketika
Budi Utomo, Sarekat Islam, dan PKI berkembang, terdapat pula golongan
intelektual yang ikut ambil bagian dalam pergerakan nasional Indonesia. Mereka
bergerak melalui klubnya dengan tujuan yang bersifat nasional. Klub itu adalah
Aglemen Studie Club di Bandung dan Indische Studie Club di Surabaya serta
klub-klub lainnya yang terdapat di seluruh kota-kota di wilayah Indonesia.
Klub-klub itu
tumbuh menjadi partai-partai politik yang bersifat nasional. Aglemen Studie
Club di Bandung tumbuh menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Indische
Studie Club di Surabaya tumbuh menjadi Partai Bangsa Indonesia (FBI) dan
kemudian menjadi Partai Indonesia Raya (Parindra).
Pada tahun 1927,
PNI didirikan oleh tokoh-tokoh seperti Ir. Soekarno, Dr. Cipto Mangunkusumo,
Ir. Anwari, Sartono SH, Budiarto SH, dan Dr. Samsi. PNI sebagai partai yang
bersifat nasional mengalami perkembangan yang sangat pesat, bahkan dalam waktu
yang sangat singkat telah berhasil menarik perhatian dan simpati massa.
Golongan nasionalis yang revolusioner dapat tertampung pada partai ini.Pada
tahun 1927, PNI memprakarsai berdirinya PPPKI (Permufakatan Perhimpunan
Politik Kebangsaan Indonesia). Badan ini merupakan sebuah badan koordinasi dari
bermacam aliran untuk menggalang kesatuan aksi melawan imperialisme atau
penjajahan. Munculnya berita provokatif yang menyatakan bahwa PNI akan
melaksanakan pemberontakan, mengakibatkan pemerintah Belanda melaku-kan
penangkapan para pemimpin PNI. Para pemimpin PNI yang berhasil ditangkap adalah
Ir. Soekamo, Gatot Mangkupraja, Maskun, dan Suriadinata. Kemudian keempat tokoh
itu dihadapkan pada pengadilan di Bandung tahun 1930. Dalam persidangan itu,
Ir. Soekarno mengajukan pidato pembelaan yang berjudul Indonesia Menggugat. Pembela
para pejuang bangsa Indonesia adalah Sartono SH, Sastromuljono SH, dan Idik
Prawiradiputra SH. Adapun sebagai hakim pada persidangan itu adalah Mr. Dr. R.
Siegembeek van Hoekelen. Pengadilan negeri Bendung menjatuhkan hukuman kepada
Ir. Soekarno dengan 4 tahun penjara, Maskun 2 tahun penjara, Gatot Mangkupraja
1 tahun 8 bulan, dan Suriadinata 1 tahun 3 bulan.Dasar perjuangan PNI adalah
sosio-nasionalis dan sosio-demokratis yang disingkat menjadi Marhaenisme.
Sikapnya terhadap pemerintah kolonial Belanda adalah nonkooperatif. Prinsip itu
sama dengan prinsip perjuangan dari Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda.
Hal ini disebabkan PNI mem-punyai hubungan yang sangat erat dengan Perhimpunan
Indonesia, sehingga pengaruhnya sangat besar terhadap PNI.
4.
Partai
Indonesia (Partindo)
Karena
para pemimpin PNI berhasil ditangkap, maka pimpinan partai dipegang oleh
Sartono SH. Namun, Sartono merasa khawatir atas kelanjutan dan perkembangan
PNI. Sartono mengkhawatirkan PNI akan bernasib seperti PKI yang dianggap sebagai
partai terlarang oleh pemerintah kolonial Belanda. Kekhawatiran Sartono itu
sangat berpengaruh terhadap anggota-anggotanya. Demi keselamatan, PNI akhirnya
dibubarkan dan berdiri partai baru yaitu Partai Indonesia (Partindo) tahun
1931. Akan tetapi, mereka yang tidak menyetujui terhadap pembubaran PNI itu
akhirnya membentuk partai lain dengan nama PNI Baru atau PNI Pendidikan.Setelah
Ir. Soekarno dibebaskan dari penjara tahun 1931, ia memilih Partindo sebagai
alat perjuangannya. Kehadiran Ir. Soekarno dalam Partindo membangkitkan
semangat perjuangan anggota Partindo, sekaligus juga mengkhawatirkan
pemerintah kolonial Belanda. Ir. Soekarno ditangkap lagi dan dibuang ke Ende di
Pulau Flores. Pada tahun 1937 dipindahkan ke Bengkulu dan tahun 1943 dibebaskan
oleh Jepang.
5.
Pendidikan
Nasional Indonesia (PNI Pendidikan)
Mereka
yang tidak setuju dengan pembubaran PNI, membentuk partai politik dengan nama
Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Pendidikan) yang dipimpin oleh Drs. Moh
Hatta dan Sutan Sjahrir. Partai ini berpusat di Bandung. Prinsip perjuangan PNI
Pendidikan adalah berpegang teguh pada prinsip nonkooperatif. Model
perjuangannya sama dengan apa yang pernah dilakukan oleh Perhimpunan Indonesia,
Partai Nasional Indonesia, dan Partai Indonesia. Partai ini lebih banyak
mendapat pengaruh di daerah pedesaan.
Ternyata gerakan
partai ini dianggap sangat membahayakan kedudukan pemerintah Belanda. Oleh
karena itu, para pemimpinnya ditangkap dan dibuang ke Digul (1934). Pada tahun
1936 mereka dipindahkan ke negeri Belanda, tahun 1942 dipindahkan ke Sukabumi
hingga datangnya Jepang.
6.
Partai
Indonesia Raya (Parindra)
Cikal
bakal Partai Indonesia Raya (Parindra) adalah Indische Studie Club di Surabaya
yang dipimpin oleh Dr. Sutomo. Pada tahun 1931, per-kumpulan ini kemudian
diubah menjadi Partai Bangsa Indonesia (FBI). Tujuan perjuangannya adalah untuk
menyempurnakan derajat bangsa Indonesia dengan melakukan hal-hal yang nyata dan
dapat dirasakan oleh rakyat banyak, seperti memajukan pendidikan, mendirikan
koperasi rakyat, mendirikan bank-bank untuk rakyat dan juga mendirikan
persatuan nelayan.
PB1 berkali-kali
mengadakan pendekatan dengan Budi Utomo. Dalam usaha mengadakan pendekatan itu,
yang memegang peranan penting adalah Dr. Sutomo (ketua FBI dan juga salah
seorang pendiri Budi Utomo). Peng-gabungan kedua organisasi itu terjadi pada
tahun 1935 dan selanjutnya berdiri Fartai Indonesia Raya (Parindra). Tujuan
dari Parindra itu adalah untuk mencapai Indonesia Raya, dengan ketuanya Dr.
Sutomo dan kota Surabaya dijadikan sebagai kota pusat segala kegiatannya.
Perkembangan
selanjutnya, banyak organisasi yang bergabung dengan Parindra, seperti Sarekat
Sumatera, Sarekat Ambon, Kaum Betawi, Timore Verbond dan sebagainya. Taktik
perjuangannya adalah kooperatif yang insidental (bekerja sama dengan pemerintah
kolonial Belanda). Ternyata taktik itu menguntungkan bangsa dan pergerakan
nasional Indonesia. Seorang tokoh Parindra yang duduk dalam Volksraad (Dewan
Rakyat) adalah Muhammad Husni Thamrin. la dikenal sebagai seorang ahli debat
karena seringnya melontarkan kecaman-kecaman terhadap pemerintah kolonial
Belanda dalam sidang Dewan Rakyat tersebut.
7.
.
Muhammadiyah
Muhammadiyah
berdiri pada 18 Nopember 1912 di Yogyakarta didirikan oleh KH Ahmad Dahlan
(1868-1923) seorang ulama besar dari Yogyakarta. Dengan tujuan : (1)
mengembangkan agama Islam sesuai perintah dan ajaran Nabi Muhammad SWA; (2)
membantu dan meningkatkan kehidupan masyarakat; (3) memajukan pendidikan di
Indonesia.
Amal usaha yang
dilakukan Muhammadiyah dalam upaya menjunjung tinggi dan menegakkan agama
Islam, meliputi : (1) mendirikan, memelihara, dan membantu mendirikan
sekolah-sekolah berdasarkan agama Islam untuk meningkatkan harkat dan martabat
bangsa Indonesia; (2) Mendirikan dan memelihara tempat ibadah; (3) mendirikan
dan memelihara rumah sakit untuk menjaga kesehatan masyarakat; (4) mendirikan
dan memelihara panti asuhan untuk anak yatim piatu; (5) membentuk badan
perjalanan haji ke tanah suci; (6) membentuk organisasi otonom untuk menampung
masyarakat sesuai usia, jenis kelamin untuk berjuang meningkatkan martabat
sebagai orang Islam. Organisasi ini bernama Muhammadiyah yang artinya pengikut
Nabi Muhammad dengan berupaya menjalankan ajaran Islam sesuai ajarannya.
8.
Pergerakan
Taman Siswa
Setelah
Indische Partij dilarang oleh pemerintah Hindia-Belanda tahun 1913, salah
seorang tokohnya yaitu Ki Hajar Dewantara (Suwardi Suryaningrat) mengalihkan
perjuangannya ke bidang pendidikan. Pada tanggal 3 Juli 1922, Ki Hajar
Dewantara mendirikan Perguruan Taman Siswa di Yogyakarta. Tujuannya adalah
memajukan pendidikan bangsa Indonesia agar mempunyai harga diri yang sama
dengan bangsa lain yang merdeka. Meskipun tidak bergerak dibidang politik,
tetapi Perguruan Taman Siswa termasuk organisasi yang mempunyai andil dalam
pergerakan nasional untuk mencapai kemerdekaan.
Sekolah-sekolah
yang didirikan diantaranya, Taman Kanak-Kanak disebut Taman Indiria, Sekolah
Dasar disebut Taman Anak, SLTP disebut Taman Muda, dan SLTA disebut Taman
Madya. Semboyan pendidikannya yang terkenal adalah “Ing ngarso sung tulodo” (di
depan harus memberikan contoh atau teladan), “Ing madya mangun karso” (jika di
tengah harus bekerja sama), dan “Tut wuri handayani” (jika di belakang harus
memberikan dorongan). Semboyan ini kemudian menjadi semboyan Departemen
Pendidikan Nasional. Sementara itu, hari lahir Ki Hajar Dewantara tanggal 2 Mei
selalu diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional
9.
Pergerakan
Pemuda dan Kongres Pemuda
Pada
tanggal 7 Maret 1917, berdiri organisasi pemuda yang pertama yaitu Tri Koro Darmo
(Tiga Tujuan Mulia) dengan ketuanya Satiman Wiljosandjojo dan sekretarisnya
Sutomo. Dalam anggaran dasarnya, dinyatakan bahwa organisasi ini bertujuan
menjalin pertalian antara murid-murid bumi petara, menambah pengetahuan umum
bagi anggota-anggotanya, dan membangkitkan serta mempertajam perasaan buat
segala bahasa dan kebudayaan Hindia. Pada tahun 1918, TKD diganti menjadi Jong
Java. Selain di Jong Java, di luar Jawa pun bermunculan organisasi-organisasi
pemuda lainnya, seperti Jong Celebes, Jong Minahasa, Jong Sumatera, dan
sebagainya.
Mengingat
banyaknya organisasi kepemudaan di tanah air, maka perlu diadakan suatu
kemufakatan bersama mengenai pentingnya menyamakan pandangan dan pendapat untuk
membentuk persatuan dan kesatuan bangsa. Usaha tersebut perlu dilakukan melalui
Kongres Pemuda yang dilaksanakan pada tahun 1926 (Kongres I) dan tahun 1928
(Kongres II).
Dalam Kongres
Pemuda II (27-28 Oktober 1928) di Jakarta berhasil dibuat beberapa keputusan,
yaitu : mengadakan peleburan semua organisasi pemuda dan hanya membentuk satu
organisasi pemuda saja; dan diikrarkannya “Sumpah Pemuda”. Adapun isi dari
Sumpah Pemuda tersebut adalah : Kami putra dan puteri Indonesia mengaku
bertumpah darah yang satu, Tanah Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. Pada Kongres ini
diperkenalkan pertama kalinya lagu Indonesia Raya yang diciptakan oleh Wage
Rudolf Supratman, dan bendera Merah Putih yang dipandang sebagai bendera pusaka
bangsa Indonesia. Peristiwa Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, bisa
dikatakan sebagai salah satu puncak Pergerakan Nasional
10. Pergerakan
Wanita
Pergerakan
wanita Indonesia untuk pertama kalinya dipelopori oleh R.A. Kartini yang
kegiatannya bersifat emansipasi, artinya gerakan yang menuntut persamaan hak
antara kaum wanita dan kaum pria. Ia berusaha mempelopori tuntutan hak yang
sama dengan kaum pria, baik dalam pendidikan, perkawinan, dan status sosial
lainnya. Surat-suratnya kepada Abendanon di Belanda dikumpulkan dalam sebuah buku
yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang” (Dusduiternis tot light).
Kepeloporan R.A.
Kartini dalam membela hak-hak kaum wanita, turut mendorong lahirnya pergerakan
wanita lainnya seperti, Puteri Mardika (organisasi keputrian Budi Utomo),
Keutamaan Istri di Tasikmalaya dan Bandung (R.A. Dewi Sartika), Kerajinan Amal
Setia (Sumatera Barat), Aisyah (wanita Muhammadiyah di Yogyakarta), PIKAT
(Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya) di Menado oleh Maria Walanda Maramis,
dan sebagainya. Pada tanggal 22 Desember 1928, diadakan Kongres Perempuan
Indonesia di Yogyakarta yang melahirkan terbentuknya Perserikatan Perempuan
Indonesia (PPI). Tanggal dan bulan kelahiran PPI ini sampai sekarang selalu
diperingati sebagai “Hari Ibu”.
B.
GAGASAN PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA
a.
PPPKI
Organisasi yang
tergabung dalam PPPKI adalah PNI, SI, BU, Pasundan, Sumatranen Bond, Kaum
Betawi, Indonesische Studie Club dan Algemene Studie Club.
Adapun tujuan
PPPKI ialah sebagai berikut.
aUntuk menyamakan
arah aksi kebangsaan dari berbagai organisasi atau perkumpulan.
bMenghindari
perselisihan antaranggota yang hanya akan melemahkan dan merugikan perjuangan.
cMemperkuat dan
memperbaiki organisasi serta melakukan kerja sama dalam perjuangan.
Pada tahun 1933
Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia diubah
namanya menjadi Persatuan PerhimpunanPerhimpunan Politik Kemerdekaan Indonesia.
Dengan terbentuknya PPPKI ini diharapkan akan terjadi interaksi ke arah
persatuan antaranggota berbagai jenis organisasi dengan ideologi, asas atau
dasar, tujuan, haluan dan sikap yang berbeda. Itulah sebabnya
perselisihan-perselisihan tidak dapat dihindarkan. PPPKI kemudian tidak
mempunyai kekuasaan, banyak organisasi yang keluar dan akhirnya bubar (1935)
b.
Kongres Pemuda
Usaha untuk
menuju persatuan dan kesatuan antarorganisasi pemuda ditempuh dengan cara
melaksanakan kongres yang kemudian dikenal dengan Kongres Pemuda Indonesia.
Kongres Pemuda I dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 30 April - 2 Mei 1926,
oleh sebuah komite. Tujuan kongres adalah untuk menanamkan semangat kerja sama
antarperkumpulan pemuda untuk menjadi dasar persatuan Indonesia dalam arti yang
lebih luas. Usaha menggalang persatuan dan kesatuan dalam Kongres Pemuda I ini
belum terwujud, karena rasa kedaerahan masih kuat. Sementara itu para pelajar
di Jakarta dan Bandung melihat adanya dua kepentingan yang bertentangan dalam
penjajahan, yang mereka sebut sebagai antitese kolonial yang sangat merugikan
pihak Indonesia. Antitese ini akan dihapus apabila penjajahan sudah lenyap. Untuk
itu, maka para pelajar dari berbagai daerah pada bulan September 1926
mendirikan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) di Jakarta. PPPI
bertujuan memperjuangkan Indonesia merdeka.
Pada tahun 1928
alam politik di Indonesia sudah dipenuhi oleh jiwa persatuan. Rasa kebangsaan
dan cita-cita Indonesia merdeka telah menggema di jiwa para pemuda Indonesia.
Atas inisiatif PPPI, maka diadakan Kongres Pemuda II di Jakarta, yang dihadiri
oleh utusan organisasi-organisasi pemuda dan berhasil diikrarkan sumpah yang
dikenal dengan nama Sumpah Pemuda. Kongres Pemuda II diselenggarakan pada
tanggal 27-28 Oktober 1928.
Maksud dan tujuan
Kongres Pemuda II ialah :
Hendak melahirkan
cita-cita perkumpulan Pemuda Indonesia.
Membicarakan
masalah pergerakan Pemuda Indonesia.
Memperkuat
perasaan kebangsaan dan memperteguh persatuan Indonesia.
Isi Sumpah Pemuda
ialah:
Pertama: Kami
putra dan putri Indonesia bertumpah darah satu, Tanah Indonesia.
Kedua : Kami
putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
Ketiga : Kami
putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
Pada Kongres
tersebut dikumandangkan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf
Supratman, dan dikibarkan Bendera Merah Putih yang dipandang sebagai bendera
pusaka bangsa Indonesia. Peristiwa Sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928
merupakan salah satu puncak Pergerakan Nasional, maka sampai sekarang peristiwa
bersejarah ini diperingati sebagai hari Sumpah Pemuda.
c.
Partai Indonesia
Raya (Parindra)
Usaha penyatuan
antarperhimpunan pergerakan nasional terwujud dengan berdirinya Partai
Indonesia Raya (Parindra). Parindra merupakan hasil fusi dari Budi Utomo (BU)
dengan Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) dalam kongres fusinya tanggal 24-26
Desember 1935 di Solo. Sebagai ketua terpilih dr. Sutomo ( PBI), dan Wakil
Ketua, Wuryaningrat ( BU) dengan kantor
pusat di Surabaya. Organisasi lain yang kemudian bergabung ke dalam Parindra
ialah Sarekat Minahasa, Sarekat Ambon, Perkumpulan Kaum Betawi, Sarekat
Selebes, dan Sarekat Sumatra.
Tujuan Parindra
ialah Indonesia Raya. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan usaha-usaha
sebagai berikut.
Memperkokoh
semangat persatuan kebangsaan.
Terus berjuang
untuk memperoleh suatu pemerintahan yang berdasarkan demokratis dan nasionalisme.
Berusaha
meningkatkan kesejahteraan rakyat baik bidang ekonomi maupun sosial.
Pada saat
berdirinya Parindra telah memiliki 53 cabang dengan 2.425 orang anggota, dan
pada tahun 1936 naik menjadi 57 cabang dengan 3.425 orang anggota. Dalam kongresnya
yang pertama di Jakarta pada tanggal 14-18 Mei 1937, Parindra mengambil sikap
moderat ("luwes") tidak bersikap kooperatif dan juga nonkooperatif.
Sikap moderat dinilai sangat fleksibel dan lebih menguntungkan, dengan situasi
dan kondisi serta kepentingan bangsa. Dengan sikap moderat, Parindra dapat
mendudukkan wakilnya di dalam Volkrsraad, yaitu Muh. Husni Tamrin.
Usaha Parindra
lebih banyak dicurahkan dalam pembangunan terutama di bidang ekonomi dan
sosial, antara lain sebagai berikut.
Mendirikan
poliklinik-poliklinik.
Mendirikan Rukun
Tani untuk membantu dan memajukan kaum tani.
Membentuk
sarekat-sarekat kerja.
Menganjurkan
swadesi dalam bidang ekonomi, ditempuh dengan mendirikan bank-bank yang
berpusat pada Bank Nasional Indonesia di Surabaya.
Membentuk Rukun
Pelayaran Tani (Rupelin), untuk membantu dan memajukan pelayaran dari bangsa
Indonesia.
Mendirikan
organisasi pemuda berbentuk kepanduan dengan nama Surya Wirawan.
Akibat kegagalan
Petisi Sutardjo, Parindra kemudian mengambil prakarsa untuk menggalang
persatuan politik menunju pembentukan badan konsentrasi nasional, yang disebut
Gabungan Politik Indonesia ( GAPI).
d.
Gabungan
Politik Indonesia ( GAPI)
Suatu gagasan
untuk membina kerja sama di antara partai-partai politik dalam bentuk federasi,
muncul lagi pada tahun 1939 tepatnya pada tanggal 21 Mei 1939 yakni dengan
terbentuknya Gabungan Politik Indonesia (GAPI) oleh Muh. Husni Thamrin. GAPI
merupakan gabungan dari Parindra, Gerindo, PSII, Persatuan Partai Katolik,
Persatuan Minahasa, Pasundan dan Partai Islam Indonesia (PII). Alasan yang
mendorong dan mempercepat terbentuknya federasi, ialah:
Kegagalan Petisi
Sutardjo.
Sikap pemerintah
kolonial yang kurang memerhatikan kepentingan bangsa Indonesia.
makin gawatnya
situasi internasional sebagai akibat perkembangan fasisme.
Dalam GAPI
ditegaskan bahwa masing-masing partai tetap mempunyai kemerdekaan penuh
terhadap program kerjanya masing-masing dan apabila timbul perselisihan
antarpartai, GAPI bertindak sebagai penengah. Di dalam konferensi yang pertama
pada tanggal 4 Juli 1939 dicanangkan
tuntutan GAPI "Indonesia Berparlemen". Maksudnya menuntut adanya
suatu Dewan Perwakilan Rakyat yang berdasarkan sendi-sendi demokratis.
Sementara itu di Eropa telah meletus Perang Dunia II. GAPI mengingatkan adanya
bahaya besar yang akan mengancam pemerintah Hindia Belanda dan masyarakat
Indonesia. Oleh karena itu, GAPI mengeluarkan suatu pernyataan yang dikenal
dengan nama Manifest GAPI ( 20 September 1939). Isinya mengajak kerja sama
rakyat Indonesia dan Belanda untuk menghadapi bahaya fasisme. Hal ini dapat
terlaksana apabila Belanda memberikan hak-hak baru dalam pemerintahan kepada
bangsa Indonesia berdasarkan hakikat demokrasi. Untuk mencapai tujuan yang
dicitacitakan, GAPI menyelenggarakan Kongres Rakyat Indonesia yang pertama di
Jakarta pada tanggal 25 Desember 1939. Kongres mengambil keputusan antara lain:
Kongres Rakyat
Indonesia menjadi badan tetap.
Aksi Indonesia
Berparlemen dilanjutkan melalui panitia-panitia setempat yang telah dibentuk di
seluruh daerah di bawah pimpinan GAPI.
Menetapkan
bendera Merah Putih dan lagu Indonesia Raya sebagai bendera dan lagu persatuan
Indonesia serta peningkatan bahasa Indonesia bagi rakyat Indonesia.
Pada bulan
Agustus 1940, negeri Belanda telah dikuasai oleh Jerman dan Indonesia
dinyatakan dalam keadaan darurat perang, GAPI kembali mengeluarkan resolusi
menuntut adanya perubahan ketatanegaraan. Isi resolusi yaitu mengganti
Volksraad dengan Parlemen sejati yang anggota-anggotanya dipilih oleh rakyat
dan mengubah fungsi kepala-kepala departemen menjadi menteri yang bertanggung
jawab kepada Parlemen tersebut. Untuk menanggapi resolusi GAPI, tanggal 14
September 1940 dibentuk Komisi Visman yang bertugas untuk menyelidiki dan
mempelajari perubahanperubahan ketatanegaraan. Hasilnya sia-sia sebab Komisi
Visman tidak melaksanakan tugas sebagaimana mestinya. Sementara itu situasi
makin gawat dan rakyat akhirnya termakan oleh propaganda Jepang yang
bersemboyan "pembebasan bangsa-bangsa Asia dari penjajahan bangsa-bangsa
Barat". Demikianlah situasi hubungan antara nasionalisme Indonesia dengan
kolonialisme Belanda ketika tentara Jepang memasuki Indonesia.[gs]
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pergerakan
Nasional Indonesia memiliki pengertian sebagai berikut :Maksud dari kata “Pergerakan”
disini meliputi segala macam aksi dengan menggunakan “organisasi” untuk
menentang penjajahan dan mencapai kemerdekaan. Dengan organisasi ini menunjuk
bahwa aksi tersebut disusun secara teratur, dalam arti ada pemimpinnya,
anggota, dasar, dan tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan Istilah “Nasional”
menunjuk sifat dari pergerakan, yakni semua aksi dengan organisasi yang
mencakup semua aspek kehidupan, seperti ekonomi, sosial, politik, budaya, dan
kultural.
Faktor
pengaruh tumbuhnya pergerakan nasional di Indonesia : Faktor dari dalam : 1.
Penderitaan akibat praktek-praktek kolonialisme yang menumbuhkan perasaan
senasib dan sepenanggungan, 2. Politik
Etis menumbuhkan golongan cendekiawan dan menjadi pelopor pergerakan nasional.
Faktor dari luar : 1. Kemenangan Jepang melawan Rusia dalam perang tahun 1905,
2. Adanya pergerakan nasional di negara lain seperti India, Fillipina, Cina,
Turki.
Oraganisasi
pergerakan Nasional ada yang bersifat kooperatif (Budi Utomo, Sarekat Islam,
Perhimpunan Indonesia, Indische Sociaal Democratische Vereeniging, PNI), dan
ada yang bersifat Non-kooperatif (PBI, GAPI, Parindra).
B. Kritik dan Saran
Dalam
menyusun makalah ini, kami menyadari banyak kesalahan yang terdapat di
dalamnya. Saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Sudiri, P.
K. 1993. Sejarah Indonesia Baru Dari Pergerakan Nasio-nal sampai Dekrit
Presiden. Malang: IKIP Malang.
Poeponegoro,
D. dkk. 1994. Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta; Balai Pustaka.
______,
Tonggak Sejarah Perjuangan Nasional, (online), tersedia: 27 Oktober 2011 (http://halamanputih.wordpress.com/tag/pemimpin-pergerakan-pemuda-indonesia/) (30 November
2011)
http://junetfhoto.blogspot.com/makalah pergerakan Organisasi Pemuda Indonesia
No comments:
Post a Comment