Friday, February 23, 2018

MAKALAH PERGERAKAN ORGANISASI INDONESIA



MAKALAH SEJARAH
PERGERAKAN ORGANISASI INDONESIA
 












DI SUSUN OLEH :



SMA NEGERI 14 SINJAI TA.2018/2019

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan tidak putus-putusnya kepada Allah swt., karena berkat rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini merupakan salah satu tugas Sejarah wajib yang berjudul: Pergerakan Organisasi Indonesia. Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan organisasi pergerakan nasional dan dapat dijadikan referensi pembuatan makalah dalam bidang yang sama. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu maupun memberikan dukungan baik materi maupun moral dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam Makalah ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan sehingga jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan penyusunan makalah ini.
Semoga Makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumber informasi dan inspirasi bagi semua pihak, terutama bagi generasi muda. Aamiin.

Sinjai 22 Februari 2018


                                                                                                                                  Penulis







nonton juga : tutorial Instal laptop tanpa format
 






DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………………………….………ii                                                                                             
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………………………………………iii                                                                                                             
BAB I PEMBAHASAN
A.   PERGERAKAN ORGANISASI INDONESIA……………………………………………………………………….……………1
1.    Indische PArtij………………………………………………………………………………………………………………..………….1
2.     Partai Komunis Indonesia ( PKI )…………………………………………………………………………………….…………2
3.     Partai Nasional Indonesia ( PNI )……………………………………………………………………………………………….3
4.    Partai Indonesia ( Partindo )………………………………………………………………………………….……………………4
5.    Pendidikan Nasional Indonesia ( PNI Pendidikan )………………………………………………………….………….4
6.    Partai Indonesia Raya ( PARINRA )………………………………………………………………………………………………5
7.    Muhammadiyah…………………………………………………………………………………………………………………….……5
8.    Pergerakan  Taman Siswa…………………………………………………………………………………………………..……….6
9.    Pergerakan Pemuda dan Kongres Pemuda……………………………………………………………………….………….7
10.  Pergerakan Wanita………………………………………………………………………………………………………………….……7
B.   GAGASAN PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA…………………………………………………………………………8

BAB II PENUTUP
A.    Penutup …………………………………………………………………………………………………………………..…………………13
B.     Saran  ……………………………………………………………………………………………………………………………..………….13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………………………………..…….14




BAB I
PEMBAHASAN
A.     PERGERAKAN ORGANISASI INDONESIA
1.      . Indische Partij
Douwes Dekker, Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat adalah tiga tokoh pendiri Indische Partij (1912). Semboyan partai itu adalah Hindia for Hindia, yang berarti Indonesia hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang menetap dan bertempat tinggal di Indonesia tanpa terkecuali dan tanpa memandang apapun jenis bangsanya. Hindia adalah sebutan untuk Indonesia waktu itu.Tujuan partai itu adalah untuk mempersiapkan kehidupan bangsa Indonesia yang merdeka. Anggotanya terbuka bagi seluruh masyarakat yang bertempat tinggal di seluruh wilayah Indonesia. Namun pada kenyataan-nya, yang mula-mula menjadi anggota partai ini adalah orang-orang Indo Eropa. Oleh karena itu, partai ini tidak dapat berkembang menjadi partai massa. Hal itu disebabkan oleh stelsel kolonial masih menjadi penghalang dalam proses interaksi ataupun pergaulan dengan orang-orang asing di Indonesia.Indische Partij telah menunjukkan garis politiknya secara jelas dan tegas serta menginginkan suatu kesatuan penduduk yang multirasial. Tujuan partai ini benar-benar revolusioner, karena ingin mendobrak kenyataan politik rasial yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda di Indonesia. Tindakan itu terlihat nyata ketika pada tahun 1913 pemerintah kolonial Belanda akan mengadakan upacara peringatan 100 tahun bebasnya negeri Belanda dari jajahan Perancis (Napoleon Bonaparte), dengan cara memungut dana dari rakyat Indonesia. Tindakan itu membakar kemarahan tokoh bangsa Indonesia seperti Suwardi Suryaningrat, Cipto Mangunkusumo, Douwes Dekker. Mereka ingin menggagalkan niat Belanda dengan menyebarkan brosur yang berjudul A/s ik een Nederlander was (Andaikan aku seorang Belanda). Isi brosur itu di antaranya sebagai berikut.
"..... Seandainya aku seorang Belanda, aku protes peringatan yang akan diadakan itu. Aku akan peringatkan kawan-kawan penjajah bahwa sesungguhnya sangat berbahaya pada saat itu mengadakan perayaan peringatan kemerdekaan. Aku akan peringatkan semua bangsa Belanda, jangan menyinggung peradaban bangsa Indonesia yang baru bangun dan menjadi berani. Sungguh aku akan protes sekeras-kerasnya ....."
Kecaman yang semakin keras menentang pemerintah kolonial Belanda, menyebabkan ketiga tokoh Indische Partij ditangkap. Pada tahun 1913 mereka diasingkan ke negeri Belanda. Namun pada tahun 1914, Cipto Mangunkusumo dikembalikan ke Indonesia karena sakit, sedangkan Suwardi Suryaningrat dan Douwes Dekker baru dikembalikan ke Indonesia pada tahun 1919.
Douwes Dekker tetap terjun ke dunia politik dan Suwardi Suryaningrat terjun ke dunia pendidikan dan selanjutnya mendirikan perguruan yang diberi nama Taman Siswa. Suwardi Suryaningrat kemudian dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara. Walaupun Indische Partij tidak dapat melawan kehendak Belanda, namun perjuangan mereka tetap punyai arti yang sangat besar dalam pergerakan kebangsaan Indonesia untuk mencapai kemerdekaan
2.      . Partai Komunis Indonesia (PKI)
Pada abad ke-20 datang beberapa pegawai bangsa Belanda yang berhaluan komunis di Indonesia. Salah satu di antaranya adalah Sneevliet. Di samping sebagai pegawai, Sneevliet juga aktif menyebarkan paham komunis. Sneevliet menyadari bahwa usahanya untuk mendapatkan dukungan rakyat Indonesia melalui organisasi yang akan didirikannya itu tidak mungkin berhasil. Oleh karena itulah ia menjalin hubungan dengan Semaun yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua Sarekat Islam cabang Semarang.Pada tahun 1914 Sneevliet men-dirikan organisasi yang bercorak Marxis dengan nama Indische Social Demokratische Vereeniging (ISDV) yang berpusat di Semarang. Bersama dengan Semaun, Sneevliet berhasil mengembangkan  ISDV  yang berpaham Marxis dan mempenga-ruhi anggota-anggota dari Sarekat Islam. Hal mi pula yang menyebab-kan Sarekat Islam pecah menjadi dua, yaitu Sarekat Islam Putih dengan pemimpinnya HOS Cokroaminoto dan Sarekat Islam Merah dengan pemimpinnya Semaun.Pada tahun 1920 Sarekat Islam Merah bergabung dengan ISDV dan membentuk Partai Komunis Indo­nesia (PKI). Partai ini diketuai oleh Semaun dan wakilnya Darsono. Akan tetapi beberapa tokoh bangsa Belanda yang tidak menyetujui pembentukkan PKI akhirnya memisahkan diri dan kemudian membentuk Indische Social Demokratische Party (ISDP) dengan F. Bahler sebagai ketuanya.Hubungan PKI dengan pemerintah kolonial Belanda semakin renggang bahkan semakin memburuk. Hal ini sebagai akibat timbulnya pemogokan-pemogokan yang mengarah kepada masalah timbulnya konflik antara pemerintah kolonial Belanda dengan PKI.
Kemudian pada tahun 1926 PKI melakukan pemberontakan di wilayah Jawa Barat (sekitar daerah Banten) dan pada tahun 1927 di Sumatera Barat. Dengan kegagalan pemberontakan PKI tersebut, maka pada tahun 1927 pemerintah kolonial Belanda menyatakan PKI sebagai partai terlarang berdiri di wilayah Indonesia.
Setelah pemberontakan itu gagal, Musso, Alimin dan tokoh-tokoh PKI lainnya melarikan diri ke luar negeri. Pemimpin PKI yang tidak setuju melakukan pemberontakan lari ke Thailand dan kemudian mendirikan partai baru yang bernama Partai Republik Indonesia (PARI) yang berpusat di Bangkok (1927)
3.      Partai Nasional Indonesia (PNI)
Ketika Budi Utomo, Sarekat Islam, dan PKI berkembang, terdapat pula golongan intelektual yang ikut ambil bagian dalam pergerakan nasional Indonesia. Mereka bergerak melalui klubnya dengan tujuan yang bersifat nasional. Klub itu adalah Aglemen Studie Club di Bandung dan Indische Studie Club di Surabaya serta klub-klub lainnya yang terdapat di seluruh kota-kota di wilayah Indonesia.
Klub-klub itu tumbuh menjadi partai-partai politik yang bersifat nasional. Aglemen Studie Club di Bandung tumbuh menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Indische Studie Club di Surabaya tumbuh menjadi Partai Bangsa Indonesia (FBI) dan kemudian menjadi Partai Indonesia Raya (Parindra).
Pada tahun 1927, PNI didirikan oleh tokoh-tokoh seperti Ir. Soekarno, Dr. Cipto Mangunkusumo, Ir. Anwari, Sartono SH, Budiarto SH, dan Dr. Samsi. PNI sebagai partai yang bersifat nasional mengalami perkembangan yang sangat pesat, bahkan dalam waktu yang sangat singkat telah berhasil menarik perhatian dan simpati massa. Golongan nasionalis yang revolusioner dapat tertampung pada partai ini.Pada tahun 1927, PNI memprakarsai berdirinya PPPKI (Permufakatan Per­himpunan Politik Kebangsaan Indonesia). Badan ini merupakan sebuah badan koordinasi dari bermacam aliran untuk menggalang kesatuan aksi melawan imperialisme atau penjajahan. Munculnya berita provokatif yang menyatakan bahwa PNI akan melaksanakan pemberontakan, mengakibatkan pemerintah Belanda melaku-kan penangkapan para pemimpin PNI. Para pemimpin PNI yang berhasil ditangkap adalah Ir. Soekamo, Gatot Mangkupraja, Maskun, dan Suriadinata. Kemudian keempat tokoh itu dihadapkan pada pengadilan di Bandung tahun 1930. Dalam persidangan itu, Ir. Soekarno mengajukan pidato pembelaan yang berjudul Indonesia Menggugat. Pembela para pejuang bangsa Indonesia adalah Sartono SH, Sastromuljono SH, dan Idik Prawiradiputra SH. Adapun sebagai hakim pada persidangan itu adalah Mr. Dr. R. Siegembeek van Hoekelen. Pengadilan negeri Bendung menjatuhkan hukuman kepada Ir. Soekarno dengan 4 tahun penjara, Maskun 2 tahun penjara, Gatot Mangkupraja 1 tahun 8 bulan, dan Suriadinata 1 tahun 3 bulan.Dasar perjuangan PNI adalah sosio-nasionalis dan sosio-demokratis yang disingkat menjadi Marhaenisme. Sikapnya terhadap pemerintah kolonial Belanda adalah nonkooperatif. Prinsip itu sama dengan prinsip perjuangan dari Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda. Hal ini disebabkan PNI mem-punyai hubungan yang sangat erat dengan Perhimpunan Indonesia, sehingga pengaruhnya sangat besar terhadap PNI.
4.      Partai Indonesia (Partindo)
Karena para pemimpin PNI berhasil ditangkap, maka pimpinan partai dipegang oleh Sartono SH. Namun, Sartono merasa khawatir atas kelanjutan dan perkembangan PNI. Sartono mengkhawatirkan PNI akan bernasib seperti PKI yang dianggap sebagai partai terlarang oleh pemerintah kolonial Belanda. Kekhawatiran Sartono itu sangat berpengaruh terhadap anggota-anggotanya. Demi keselamatan, PNI akhirnya dibubarkan dan berdiri partai baru yaitu Partai Indonesia (Partindo) tahun 1931. Akan tetapi, mereka yang tidak menyetujui terhadap pembubaran PNI itu akhirnya membentuk partai lain dengan nama PNI Baru atau PNI Pendidikan.Setelah Ir. Soekarno dibebaskan dari penjara tahun 1931, ia memilih Partindo sebagai alat perjuangannya. Kehadiran Ir. Soekarno dalam Partindo membangkitkan semangat perjuangan anggota Partindo, sekaligus juga meng­khawatirkan pemerintah kolonial Belanda. Ir. Soekarno ditangkap lagi dan dibuang ke Ende di Pulau Flores. Pada tahun 1937 dipindahkan ke Bengkulu dan tahun 1943 dibebaskan oleh Jepang.
5.      Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Pendidikan)
Mereka yang tidak setuju dengan pembubaran PNI, membentuk partai politik dengan nama Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Pendidikan) yang dipimpin oleh Drs. Moh Hatta dan Sutan Sjahrir. Partai ini berpusat di Bandung. Prinsip perjuangan PNI Pendidikan adalah berpegang teguh pada prinsip nonkooperatif. Model perjuangannya sama dengan apa yang pernah dilakukan oleh Perhimpunan Indonesia, Partai Nasional Indonesia, dan Partai Indonesia. Partai ini lebih banyak mendapat pengaruh di daerah pedesaan.
Ternyata gerakan partai ini dianggap sangat membahayakan kedudukan pemerintah Belanda. Oleh karena itu, para pemimpinnya ditangkap dan dibuang ke Digul (1934). Pada tahun 1936 mereka dipindahkan ke negeri Belanda, tahun 1942 dipindahkan ke Sukabumi hingga datangnya Jepang.
6.      Partai Indonesia Raya (Parindra)
Cikal bakal Partai Indonesia Raya (Parindra) adalah Indische Studie Club di Surabaya yang dipimpin oleh Dr. Sutomo. Pada tahun 1931, per-kumpulan ini kemudian diubah menjadi Partai Bangsa Indonesia (FBI). Tujuan perjuangannya adalah untuk menyempurnakan derajat bangsa Indonesia dengan melakukan hal-hal yang nyata dan dapat dirasakan oleh rakyat banyak, seperti memajukan pendidikan, mendirikan koperasi rakyat, mendirikan bank-bank untuk rakyat dan juga mendirikan persatuan nelayan.
PB1 berkali-kali mengadakan pendekatan dengan Budi Utomo. Dalam usaha mengadakan pendekatan itu, yang memegang peranan penting adalah Dr. Sutomo (ketua FBI dan juga salah seorang pendiri Budi Utomo). Peng-gabungan kedua organisasi itu terjadi pada tahun 1935 dan selanjutnya berdiri Fartai Indonesia Raya (Parindra). Tujuan dari Parindra itu adalah untuk mencapai Indonesia Raya, dengan ketuanya Dr. Sutomo dan kota Surabaya dijadikan sebagai kota pusat segala kegiatannya.
Perkembangan selanjutnya, banyak organisasi yang bergabung dengan Parindra, seperti Sarekat Sumatera, Sarekat Ambon, Kaum Betawi, Timore Verbond dan sebagainya. Taktik perjuangannya adalah kooperatif yang insidental (bekerja sama dengan pemerintah kolonial Belanda). Ternyata taktik itu menguntungkan bangsa dan pergerakan nasional Indonesia. Seorang tokoh Parindra yang duduk dalam Volksraad (Dewan Rakyat) adalah Muhammad Husni Thamrin. la dikenal sebagai seorang ahli debat karena seringnya melontarkan kecaman-kecaman terhadap pemerintah kolonial Belanda dalam sidang Dewan Rakyat tersebut.
7.      . Muhammadiyah
Muhammadiyah berdiri pada 18 Nopember 1912 di Yogyakarta didirikan oleh KH Ahmad Dahlan (1868-1923) seorang ulama besar dari Yogyakarta. Dengan tujuan : (1) mengembangkan agama Islam sesuai perintah dan ajaran Nabi Muhammad SWA; (2) membantu dan meningkatkan kehidupan masyarakat; (3) memajukan pendidikan di Indonesia.
Amal usaha yang dilakukan Muhammadiyah dalam upaya menjunjung tinggi dan menegakkan agama Islam, meliputi : (1) mendirikan, memelihara, dan membantu mendirikan sekolah-sekolah berdasarkan agama Islam untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia; (2) Mendirikan dan memelihara tempat ibadah; (3) mendirikan dan memelihara rumah sakit untuk menjaga kesehatan masyarakat; (4) mendirikan dan memelihara panti asuhan untuk anak yatim piatu; (5) membentuk badan perjalanan haji ke tanah suci; (6) membentuk organisasi otonom untuk menampung masyarakat sesuai usia, jenis kelamin untuk berjuang meningkatkan martabat sebagai orang Islam. Organisasi ini bernama Muhammadiyah yang artinya pengikut Nabi Muhammad dengan berupaya menjalankan ajaran Islam sesuai ajarannya.
8.      Pergerakan Taman Siswa
Setelah Indische Partij dilarang oleh pemerintah Hindia-Belanda tahun 1913, salah seorang tokohnya yaitu Ki Hajar Dewantara (Suwardi Suryaningrat) mengalihkan perjuangannya ke bidang pendidikan. Pada tanggal 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan Perguruan Taman Siswa di Yogyakarta. Tujuannya adalah memajukan pendidikan bangsa Indonesia agar mempunyai harga diri yang sama dengan bangsa lain yang merdeka. Meskipun tidak bergerak dibidang politik, tetapi Perguruan Taman Siswa termasuk organisasi yang mempunyai andil dalam pergerakan nasional untuk mencapai kemerdekaan.
Sekolah-sekolah yang didirikan diantaranya, Taman Kanak-Kanak disebut Taman Indiria, Sekolah Dasar disebut Taman Anak, SLTP disebut Taman Muda, dan SLTA disebut Taman Madya. Semboyan pendidikannya yang terkenal adalah “Ing ngarso sung tulodo” (di depan harus memberikan contoh atau teladan), “Ing madya mangun karso” (jika di tengah harus bekerja sama), dan “Tut wuri handayani” (jika di belakang harus memberikan dorongan). Semboyan ini kemudian menjadi semboyan Departemen Pendidikan Nasional. Sementara itu, hari lahir Ki Hajar Dewantara tanggal 2 Mei selalu diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional

9.      Pergerakan Pemuda dan Kongres Pemuda
Pada tanggal 7 Maret 1917, berdiri organisasi pemuda yang pertama yaitu Tri Koro Darmo (Tiga Tujuan Mulia) dengan ketuanya Satiman Wiljosandjojo dan sekretarisnya Sutomo. Dalam anggaran dasarnya, dinyatakan bahwa organisasi ini bertujuan menjalin pertalian antara murid-murid bumi petara, menambah pengetahuan umum bagi anggota-anggotanya, dan membangkitkan serta mempertajam perasaan buat segala bahasa dan kebudayaan Hindia. Pada tahun 1918, TKD diganti menjadi Jong Java. Selain di Jong Java, di luar Jawa pun bermunculan organisasi-organisasi pemuda lainnya, seperti Jong Celebes, Jong Minahasa, Jong Sumatera, dan sebagainya.
Mengingat banyaknya organisasi kepemudaan di tanah air, maka perlu diadakan suatu kemufakatan bersama mengenai pentingnya menyamakan pandangan dan pendapat untuk membentuk persatuan dan kesatuan bangsa. Usaha tersebut perlu dilakukan melalui Kongres Pemuda yang dilaksanakan pada tahun 1926 (Kongres I) dan tahun 1928 (Kongres II).
Dalam Kongres Pemuda II (27-28 Oktober 1928) di Jakarta berhasil dibuat beberapa keputusan, yaitu : mengadakan peleburan semua organisasi pemuda dan hanya membentuk satu organisasi pemuda saja; dan diikrarkannya “Sumpah Pemuda”. Adapun isi dari Sumpah Pemuda tersebut adalah : Kami putra dan puteri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. Pada Kongres ini diperkenalkan pertama kalinya lagu Indonesia Raya yang diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman, dan bendera Merah Putih yang dipandang sebagai bendera pusaka bangsa Indonesia. Peristiwa Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, bisa dikatakan sebagai salah satu puncak Pergerakan Nasional
10.   Pergerakan Wanita
Pergerakan wanita Indonesia untuk pertama kalinya dipelopori oleh R.A. Kartini yang kegiatannya bersifat emansipasi, artinya gerakan yang menuntut persamaan hak antara kaum wanita dan kaum pria. Ia berusaha mempelopori tuntutan hak yang sama dengan kaum pria, baik dalam pendidikan, perkawinan, dan status sosial lainnya. Surat-suratnya kepada Abendanon di Belanda dikumpulkan dalam sebuah buku yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang” (Dusduiternis tot light).
Kepeloporan R.A. Kartini dalam membela hak-hak kaum wanita, turut mendorong lahirnya pergerakan wanita lainnya seperti, Puteri Mardika (organisasi keputrian Budi Utomo), Keutamaan Istri di Tasikmalaya dan Bandung (R.A. Dewi Sartika), Kerajinan Amal Setia (Sumatera Barat), Aisyah (wanita Muhammadiyah di Yogyakarta), PIKAT (Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya) di Menado oleh Maria Walanda Maramis, dan sebagainya. Pada tanggal 22 Desember 1928, diadakan Kongres Perempuan Indonesia di Yogyakarta yang melahirkan terbentuknya Perserikatan Perempuan Indonesia (PPI). Tanggal dan bulan kelahiran PPI ini sampai sekarang selalu diperingati sebagai “Hari Ibu”.
B.      GAGASAN PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA
a.      PPPKI
Organisasi yang tergabung dalam PPPKI adalah PNI, SI, BU, Pasundan, Sumatranen Bond, Kaum Betawi, Indonesische Studie Club dan Algemene Studie Club.
Adapun tujuan PPPKI ialah sebagai berikut.
aUntuk menyamakan arah aksi kebangsaan dari berbagai organisasi atau perkumpulan.
bMenghindari perselisihan antaranggota yang hanya akan melemahkan dan merugikan perjuangan.
cMemperkuat dan memperbaiki organisasi serta melakukan kerja sama dalam perjuangan.
Pada tahun 1933 Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia diubah namanya menjadi Persatuan PerhimpunanPerhimpunan Politik Kemerdekaan Indonesia. Dengan terbentuknya PPPKI ini diharapkan akan terjadi interaksi ke arah persatuan antaranggota berbagai jenis organisasi dengan ideologi, asas atau dasar, tujuan, haluan dan sikap yang berbeda. Itulah sebabnya perselisihan-perselisihan tidak dapat dihindarkan. PPPKI kemudian tidak mempunyai kekuasaan, banyak organisasi yang keluar dan akhirnya bubar (1935)
b.      Kongres Pemuda
Usaha untuk menuju persatuan dan kesatuan antarorganisasi pemuda ditempuh dengan cara melaksanakan kongres yang kemudian dikenal dengan Kongres Pemuda Indonesia. Kongres Pemuda I dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 30 April - 2 Mei 1926, oleh sebuah komite. Tujuan kongres adalah untuk menanamkan semangat kerja sama antarperkumpulan pemuda untuk menjadi dasar persatuan Indonesia dalam arti yang lebih luas. Usaha menggalang persatuan dan kesatuan dalam Kongres Pemuda I ini belum terwujud, karena rasa kedaerahan masih kuat. Sementara itu para pelajar di Jakarta dan Bandung melihat adanya dua kepentingan yang bertentangan dalam penjajahan, yang mereka sebut sebagai antitese kolonial yang sangat merugikan pihak Indonesia. Antitese ini akan dihapus apabila penjajahan sudah lenyap. Untuk itu, maka para pelajar dari berbagai daerah pada bulan September 1926 mendirikan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) di Jakarta. PPPI bertujuan memperjuangkan Indonesia merdeka.
Pada tahun 1928 alam politik di Indonesia sudah dipenuhi oleh jiwa persatuan. Rasa kebangsaan dan cita-cita Indonesia merdeka telah menggema di jiwa para pemuda Indonesia. Atas inisiatif PPPI, maka diadakan Kongres Pemuda II di Jakarta, yang dihadiri oleh utusan organisasi-organisasi pemuda dan berhasil diikrarkan sumpah yang dikenal dengan nama Sumpah Pemuda. Kongres Pemuda II diselenggarakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928.
Maksud dan tujuan Kongres Pemuda II ialah :
Hendak melahirkan cita-cita perkumpulan Pemuda Indonesia.
Membicarakan masalah pergerakan Pemuda Indonesia.
Memperkuat perasaan kebangsaan dan memperteguh persatuan Indonesia.
Isi Sumpah Pemuda ialah:
Pertama: Kami putra dan putri Indonesia bertumpah darah satu, Tanah Indonesia.
Kedua : Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa  Indonesia.
Pada Kongres tersebut dikumandangkan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman, dan dikibarkan Bendera Merah Putih yang dipandang sebagai bendera pusaka bangsa Indonesia. Peristiwa Sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 merupakan salah satu puncak Pergerakan Nasional, maka sampai sekarang peristiwa bersejarah ini diperingati sebagai hari Sumpah Pemuda.

c.       Partai Indonesia Raya  (Parindra)
Usaha penyatuan antarperhimpunan pergerakan nasional terwujud dengan berdirinya Partai Indonesia Raya (Parindra). Parindra merupakan hasil fusi dari Budi Utomo (BU) dengan Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) dalam kongres fusinya tanggal 24-26 Desember 1935 di Solo. Sebagai ketua terpilih dr. Sutomo ( PBI), dan Wakil Ketua,  Wuryaningrat ( BU) dengan kantor pusat di Surabaya. Organisasi lain yang kemudian bergabung ke dalam Parindra ialah Sarekat Minahasa, Sarekat Ambon, Perkumpulan Kaum Betawi, Sarekat Selebes, dan Sarekat Sumatra.
Tujuan Parindra ialah Indonesia Raya. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan usaha-usaha sebagai berikut.
Memperkokoh semangat persatuan kebangsaan.
Terus berjuang untuk memperoleh suatu pemerintahan yang berdasarkan demokratis dan nasionalisme.
Berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyat baik bidang ekonomi maupun sosial.
Pada saat berdirinya Parindra telah memiliki 53 cabang dengan 2.425 orang anggota, dan pada tahun 1936 naik menjadi 57 cabang dengan 3.425 orang anggota. Dalam kongresnya yang pertama di Jakarta pada tanggal 14-18 Mei 1937, Parindra mengambil sikap moderat ("luwes") tidak bersikap kooperatif dan juga nonkooperatif. Sikap moderat dinilai sangat fleksibel dan lebih menguntungkan, dengan situasi dan kondisi serta kepentingan bangsa. Dengan sikap moderat, Parindra dapat mendudukkan wakilnya di dalam Volkrsraad, yaitu Muh. Husni Tamrin.
Usaha Parindra lebih banyak dicurahkan dalam pembangunan terutama di bidang ekonomi dan sosial, antara lain sebagai berikut.
Mendirikan poliklinik-poliklinik.
Mendirikan Rukun Tani untuk membantu dan memajukan kaum tani.
Membentuk sarekat-sarekat kerja.
Menganjurkan swadesi dalam bidang ekonomi, ditempuh dengan mendirikan bank-bank yang berpusat pada Bank Nasional Indonesia di Surabaya.
Membentuk Rukun Pelayaran Tani (Rupelin), untuk membantu dan memajukan pelayaran dari bangsa Indonesia.
Mendirikan organisasi pemuda berbentuk kepanduan dengan nama Surya Wirawan.
Akibat kegagalan Petisi Sutardjo, Parindra kemudian mengambil prakarsa untuk menggalang persatuan politik menunju pembentukan badan konsentrasi nasional, yang disebut Gabungan Politik Indonesia ( GAPI).
d.      Gabungan Politik  Indonesia ( GAPI)
Suatu gagasan untuk membina kerja sama di antara partai-partai politik dalam bentuk federasi, muncul lagi pada tahun 1939 tepatnya pada tanggal 21 Mei 1939 yakni dengan terbentuknya Gabungan Politik Indonesia (GAPI) oleh Muh. Husni Thamrin. GAPI merupakan gabungan dari Parindra, Gerindo, PSII, Persatuan Partai Katolik, Persatuan Minahasa, Pasundan dan Partai Islam Indonesia (PII). Alasan yang mendorong dan mempercepat terbentuknya federasi, ialah:
Kegagalan Petisi Sutardjo.
Sikap pemerintah kolonial yang kurang memerhatikan kepentingan bangsa Indonesia.
makin gawatnya situasi internasional sebagai akibat perkembangan fasisme.
Dalam GAPI ditegaskan bahwa masing-masing partai tetap mempunyai kemerdekaan penuh terhadap program kerjanya masing-masing dan apabila timbul perselisihan antarpartai, GAPI bertindak sebagai penengah. Di dalam konferensi yang pertama pada tanggal  4 Juli 1939 dicanangkan tuntutan GAPI "Indonesia Berparlemen". Maksudnya menuntut adanya suatu Dewan Perwakilan Rakyat yang berdasarkan sendi-sendi demokratis. Sementara itu di Eropa telah meletus Perang Dunia II. GAPI mengingatkan adanya bahaya besar yang akan mengancam pemerintah Hindia Belanda dan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, GAPI mengeluarkan suatu pernyataan yang dikenal dengan nama Manifest GAPI ( 20 September 1939). Isinya mengajak kerja sama rakyat Indonesia dan Belanda untuk menghadapi bahaya fasisme. Hal ini dapat terlaksana apabila Belanda memberikan hak-hak baru dalam pemerintahan kepada bangsa Indonesia berdasarkan hakikat demokrasi. Untuk mencapai tujuan yang dicitacitakan, GAPI menyelenggarakan Kongres Rakyat Indonesia yang pertama di Jakarta pada tanggal 25 Desember 1939. Kongres mengambil keputusan antara lain:
Kongres Rakyat Indonesia menjadi badan tetap.
Aksi Indonesia Berparlemen dilanjutkan melalui panitia-panitia setempat yang telah dibentuk di seluruh daerah di bawah pimpinan GAPI.
Menetapkan bendera Merah Putih dan lagu Indonesia Raya sebagai bendera dan lagu persatuan Indonesia serta peningkatan bahasa Indonesia bagi rakyat Indonesia.
Pada bulan Agustus 1940, negeri Belanda telah dikuasai oleh Jerman dan Indonesia dinyatakan dalam keadaan darurat perang, GAPI kembali mengeluarkan resolusi menuntut adanya perubahan ketatanegaraan. Isi resolusi yaitu mengganti Volksraad dengan Parlemen sejati yang anggota-anggotanya dipilih oleh rakyat dan mengubah fungsi kepala-kepala departemen menjadi menteri yang bertanggung jawab kepada Parlemen tersebut. Untuk menanggapi resolusi GAPI, tanggal 14 September 1940 dibentuk Komisi Visman yang bertugas untuk menyelidiki dan mempelajari perubahanperubahan ketatanegaraan. Hasilnya sia-sia sebab Komisi Visman tidak melaksanakan tugas sebagaimana mestinya. Sementara itu situasi makin gawat dan rakyat akhirnya termakan oleh propaganda Jepang yang bersemboyan "pembebasan bangsa-bangsa Asia dari penjajahan bangsa-bangsa Barat". Demikianlah situasi hubungan antara nasionalisme Indonesia dengan kolonialisme Belanda ketika tentara Jepang memasuki Indonesia.[gs]





BAB II
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Pergerakan Nasional Indonesia memiliki pengertian sebagai berikut :Maksud dari kata “Pergerakan” disini meliputi segala macam aksi dengan menggunakan “organisasi” untuk menentang penjajahan dan mencapai kemerdekaan. Dengan organisasi ini menunjuk bahwa aksi tersebut disusun secara teratur, dalam arti ada pemimpinnya, anggota, dasar, dan tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan Istilah “Nasional” menunjuk sifat dari pergerakan, yakni semua aksi dengan organisasi yang mencakup semua aspek kehidupan, seperti ekonomi, sosial, politik, budaya, dan kultural.
Faktor pengaruh tumbuhnya pergerakan nasional di Indonesia : Faktor dari dalam : 1. Penderitaan akibat praktek-praktek kolonialisme yang menumbuhkan perasaan senasib dan sepenanggungan,  2. Politik Etis menumbuhkan golongan cendekiawan dan menjadi pelopor pergerakan nasional. Faktor dari luar : 1. Kemenangan Jepang melawan Rusia dalam perang tahun 1905, 2. Adanya pergerakan nasional di negara lain seperti India, Fillipina, Cina, Turki.
Oraganisasi pergerakan Nasional ada yang bersifat kooperatif (Budi Utomo, Sarekat Islam, Perhimpunan Indonesia, Indische Sociaal Democratische Vereeniging, PNI), dan ada yang bersifat Non-kooperatif (PBI, GAPI, Parindra).

B.       Kritik dan Saran
Dalam menyusun makalah ini, kami menyadari banyak kesalahan yang terdapat di dalamnya. Saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini dikemudian hari.









DAFTAR PUSTAKA

 
Sudiri, P. K. 1993. Sejarah Indonesia Baru Dari Pergerakan Nasio-nal sampai Dekrit Presiden. Malang: IKIP Malang.
Poeponegoro, D. dkk. 1994. Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta; Balai Pustaka.
______, Tonggak Sejarah Perjuangan Nasional, (online), tersedia: 27 Oktober 2011 (http://halamanputih.wordpress.com/tag/pemimpin-pergerakan-pemuda-indonesia/) (30 November 2011)
http://junetfhoto.blogspot.com/makalah  pergerakan Organisasi Pemuda Indonesia

No comments:

Post a Comment

pengobatan lama menikah belum punya anak

doa membuka aura wajah supaya awet muda dan bercahaya

doa membuka aura wajah supaya awet muda dan bercahaya

BISNIS 2018